Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri Inspektur Jenderal Polisi Asep Hendradiana menekankan penanganan kekerdilan pada anak (stunting) harus secara komprehensif, terpadu, dan mengoptimalkan peran multisektor.
“Dalam menyelesaikan persoalan stunting, dibutuhkan kerja sama dari semua pihak dan dari berbagai sektor pembangunan,” kata dia dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.
Ia menyatakan percepatan penurunan stunting salah satu program prioritas pemerintah, karena dampaknya yang berkepanjangan.
Ia mengatakan pemerintah harus mulai melakukan intervensi yang berkelanjutan dalam pencegahan dan penurunan angka prevalensi stunting di Indonesia.
Hal itu, katanya, harus dilakukan karena stunting menimbulkan kerugian berkepanjangan bagi kualitas generasi masa depan bangsa, sedangkan penanganan harus dilakukan secara paripurna dan memperkuat kerja sama seluruh sektor lainnya.
Baca juga: BKKBN dorong penurunan angka stunting di Lombok Timur
Menurut dia, supaya negara tidak perlu mengalami kerugian yang signifikan akibat dampak buruk stunting pada kesehatan dan ekonomi, Polri telah menyiapkan seluruh fasilitas kesehatannya untuk mendukung Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menurunkan angka stunting yang kini masih 24,4 persen.
Dengan fasilitas kesehatan yang dimiliki, Asep berharap, Polri dapat berperan secara optimal dalam program percepatan penurunan stunting.
“Polri siap mendukung BKKBN agar dapat mencapai target penurunan angka stunting,” kata dia.
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengapresiasi Polri yang memberikan dukungan untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul di masa depan.
Ia menuturkan bersama fasilitas yang diberikan oleh Polri, penguatan terhadap pemeriksaan kesehatan minimal tiga bulan sebelum menikah seperti mengukur lingkar lengan atas, tinggi dan berat badan serta pemeriksaan Hb dalam darah akan dimaksimalkan guna mencegah lahirnya bayi stunting baru.
“Tahun 2045 memasuki Indonesia Emas dan harus menyiapkan SDM yang unggul untuk Indonesia maju, sehingga sehat menjadi syarat penting di samping harus mempunyai karakter yang kuat, memiliki kecerdasan, inovatif dan kreatif,” kata Hasto.
Baca juga: Bank Dunia belajar keberhasilan penanganan stunting di Sleman
Baca juga: Guru besar IPB: Fortifikasi solusi atasi masalah kekurangan zat gizi mikro
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022