Tapi masih perlu ditingkatkan. Dari data kami permintaan konsumen dari Jawa Tengah itu sangat tinggi, tapi baru sekitar 15 persen seller dari Jawa Tengah yang mampu memenuhi kebutuhan itu. Sisanya sekitar 85 persen masih dipenuhi oleh seller dari lua
Semarang (ANTARA) - Sebanyak 100 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Provinsi Jawa Tengah mengikuti pelatihan yang digelar di Desa Wisata Kandri, Kota Semarang, untuk meningkatkan kelas sekaligus pengembangan.
"Ini cara kami mengedukasi mereka sehingga kalaulah UMKM itu mau berkembang, jadi harus naik kelas. Tadi sudah disampaikan cara jualan online seperti apa, kredibilitas diuji, pemesan itu harus bisa mendapatkan pesanannya sesuai dengan yang diharapkan dengan waktu yang oke," kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat membuka pelatihan Gerakan Akar Digital Indonesia di Semarang, Selasa.
Ia menyebut pelatihan-pelatihan kepada pelaku UMKM juga terus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Koperasi dan UMKM.
Selain itu, ruang-ruang yang menjadi meeting point untuk berbagi pengalaman dan belajar tentang digital marketing bagi para pelaku UMKM seperti Hetero Space juga telah disediakan.
"Tinggal kemauan dari pelaku UMKM untuk mengaksesnya, maka tadi terima kasih mereka sudah diajari memotret mereka, memfoto produknya diajari bagaimana on board, bagaimana packaging, bagaimana memanage. Saya kira mereka perlu tahu, itu yang paling penting," ujarnya.
Ia mengungkapkan, berdasarkan pengalaman yang didapat dari pertemuan-pertemuan dengan pelaku UMKM diketahui jika masalah pertama yang dihadapi para pelaku yang terkait kualitas produk apakah bagus atau tidak dan hal itu membutuhkan penilaian yang adil, serta objektif.
"Makanya tadi saya tes, menurutmu produkmu bagus apa gak, ayo dinilai, harus fair. Apakah ini bagus, ini gak bagus, harus berani ngomong, berani koreksi untuk bercermin," katanya.
Masalah berikutnya adalah permodalan dan terkait dengan ini Pemprov Jateng telah mencoba membuka dan mempermudah akses permodalan bagi pelaku UMKM.
Perbankan digandeng untuk dapat memberikan pinjaman dengan suku bunga rendah untuk menyelesaikan masalah ini, termasuk menggandeng Baznas dan CSR untuk memberikan pelatihan dan akses modal.
"Terakhir, ini tidak boleh ditinggalkan, harus ada yang mendampingi. Kalau kemudian yang tidak mengerti ya didampingi. Kenapa produk saya gak laku kan mereka mengerti, jangan-jangan ada yang kurang dari yang kalian punya. Inilah pendampingan yang mesti diberikan," ujarnya.
Direktur Eksekutif Lazada Ferry Kusnowo selaku penyelenggara pelatihan mengatakan bahwa perkembangan penjual yang masuk ke marketplace Lazada dalam setahun terakhir meningkatkan pesat. Peningkatan terbesar justru terjadi saat pandemi COVID-19, dimana orang-orang banyak melakukan jual-beli secara daring.
"Tapi masih perlu ditingkatkan. Dari data kami permintaan konsumen dari Jawa Tengah itu sangat tinggi, tapi baru sekitar 15 persen seller dari Jawa Tengah yang mampu memenuhi kebutuhan itu. Sisanya sekitar 85 persen masih dipenuhi oleh seller dari luar Jawa Tengah," katanya.
Baca juga: Ganjar padamkan api di pinggir tol Bawen-Ungaran cegah kecelakaan
Baca juga: Lazada perluas kapasitas UMKM Jateng untuk berjualan secara digital
Baca juga: Ketua Kadin: Pariwisata jadi potensi kebangkitan ekonomi Jateng
Pewarta: Wisnu Adhi Nugroho
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022