Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan mengusahakan untuk mendapatkan tambahan pinjaman luar negeri dari komitmen yang telah ada guna menutupi defisit anggaran 2006 yang diperkirakan naik menjadi satu persen, dari sebelumnya 0,7 persen. "Kita lihat nanti dari Bank Dunia dan dari ADB. Dari ADB juga kita sedang bahas kemungkinan untuk bisa lebih besar dari 500 juta dolar AS. Kalau misalnya bisa 800 juta dolar AS, kan lumayan ada tambahan 300 juta dolar AS," kata Dirjen Perbendaharaan Depkeu, Mulia P. Nasution, di Gedung Keuangan Depkeu Jakarta, Rabu. Ia menambahkan tambahan pinjaman tersebut akan diusahakan oleh pemerintah setelah adanya kesepakatan bersama Bank Pembangunan Asia (ADB) tentang "policy matrix" pinjaman. Selain dari ADB, menurut Mulia, pemerintah juga mengusahakan dukungan tambahan pinjaman dari pemerintah Jepang. "Sekarang kan yang sudah kita terima baru 100 juta dolar AS ekuivalen. Kalau mereka bisa memberikan tambahan kan lumayan," katanya. Ia menambahkan kemungkinan penambahan pinjaman dari Jepang itu bisa dikaitkan dengan pembentukan dana infrastruktur. "Kalau bisa mendapat 200 juta dolar AS ekuivalen saja sudah bagus. Jadi antara 100-200 juta dolar AS ekuivalen," katanya. Saat ini defisit APBN 2006 ditetapkan sebesar 0,7 persen, sedangkan Menkeu mengatakan kemungkinan defisit anggaran itu akan bertambah menjadi satu persen. Peningkatan itu diakibatkan karena kebutuhan dana yang besar untuk subsidi PLN, tambahan subsidi sumbangan langsung tunai (SLT), tambahan anggaran pendidikan dan pembentukan dana infrastruktur serta luncuran anggaran 2005 sebesar sekitar Rp12 triliun. (*)
Copyright © ANTARA 2006