Bandung (ANTARA) - Universitas Padjadjaran (Unpad) dan PT Bio Farma memberikan pelatihan kepada empat orang peneliti dari negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) terkait teknologi pembuatan vaksin di Indonesia.
Rektor Unpad, Prof Rina Indiastuti mengatakan para peneliti itu mempelajari teknologi pembuatan vaksin di Laboratorium Sentral Unpad yang ditunjuk Kementerian Kesehatan RI sebagai jejaring untuk program COMSTECH OIC Fellowship Program oleh OKI.
“Empat partisipan dari Mesir dan Pakistan akan mengikuti pelatihan dan riset tentang vaksin dan bioteknologi,” kata Rina di Laboratorium Sentral Unpad, Kabupaten Sumedang, Senin.
Baca juga: BRIN dan Unpad selesaikan uji praklinis kandidat vaksin pasif COVID-19
Menurutnya, salah satu keunggulan di Laboratorium Sentral Unpad, yakni terdapat beragam disiplin ilmu. Dia mengatakan para peserta nantinya tidak hanya belajar mengenai teknologi dari satu bidang ilmu, melainkan juga pengetahuan multidisiplin dengan bersifat komprehensif.
Dia mengatakan riset yang dikembangkan di laboratorium itu mulai dari dasar hingga aktivitas riset yang mengarah ke hilirisasi dan kolaborasi dengan industri. Karena itu, Laboratorium Sentral Unpad dapat menjadi fasilitas pengembangan iptek khususnya di bidang kesehatan.
Melalui program pelatihan itu, Rina berharap Unpad bisa berkontribusi dalam penguatan kapasitas para peneliti dari negara anggota OKI tersebut.
“Dengan begitu, mereka bisa lihat kalau di Indonesia ilmunya begini, alatnya begini. Akan tetapi, bagi Unpad ini adalah ajang kolaborasi di antara negara OKI,” katanya.
Sementara itu, Direktur Operasional PT Bio Farma Rahman Roestan mengatakan keberadaan laboratorium jejaring ini sangat berarti untuk memperkuat kerja sama riset dan pengembangan agar vaksin dan produk bioteknologi yang dibutuhkan oleh negara OKI bisa disiapkan dengan baik.
Baca juga: Jabar dukung Unpad lakukan uji klinis Vaksin Rekombinan COVID-19 Anhui
Baca juga: Guru besar Unpad jelaskan alasan proses cepat vaksin COVID-19
“Ini bisa kita jadikan sebagai kontribusi Indonesia untuk dunia,” kata Rahman.
Dia menilai Indonesia memiliki teknologi riset dan pengembangan vaksin yang dapat dikolaborasikan dengan negara anggota OKI lainnya. Karena, Indonesia menjadi satu dari 10 negara OKI yang memiliki pabrik vaksin.
“Dari 57 negara anggota OKI, ada 10 negara yang punya pabrik vaksin. Dari 10 tersebut, yang sudah diakui WHO untuk program vaksinasi dasar adalah Senegal dan Indonesia. Akan tetapi, Senegal hanya punya satu vaksin, Indonesia punya 14 vaksin yang sudah diakui dunia,” kata dia.
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022