Kenapa kedelai selama ini kita tinggalkan dan melakukan importasi yang sangat besar sekitar di atas 90 persen padahal kita makan tempe dan tahu, karena selama ini petani lebih tertarik menanam jagungJakarta (ANTARA) - Pemerintah mematangkan dua strategi untuk menggencarkan petani lokal kembali menanam kedelai, yakni lewat pencarian bibit varietas yang lebih unggul serta penetapan harga beli.
Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dua strategi tersebut menjadi salah satu pokok bahasan dalam rapat internal terbatas terkait kedelai yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin.
Mentan menjelaskan bahwa pemerintah akan memperbaiki varietas kedelai yang lebih baik, apabila diperlukan menggunakan bibit produk rekayasa genetik (Genetically Modified Organism/GMO) ataupun bibit impor guna meningkatkan volume produksi kedelai.
"Artinya selama ini kedelai misalnya hanya (menghasilkan) 1,5 sampai dua ton per hektare, diharapkan kita mendapat varietas yang mampu (memproduksi) di atas tiga sampai empat ton per hektare," kata Syahrul dalam keterangan pers usai rapat.
Rendahnya volume produksi per hektare tersebut, ditengarai menjadi salah satu alasan mengapa mayoritas petani lokal meninggalkan kedelai dan lebih memilih menanam jagung. Akibatnya, saat ini pemenuhan kedelai nasional lebih dari 90 persen disokong dari impor.
"Kenapa kedelai selama ini kita tinggalkan dan melakukan importasi yang sangat besar sekitar di atas 90 persen padahal kita makan tempe dan tahu, karena selama ini petani lebih tertarik menanam jagung," kata Syahrul.
"Harganya sama kurang lebih Rp5.000 sedangkan per hektare jagung bisa (memproduksi) 6-7 ton sementara kedelai hanya 1,5 ton," ujarnya menambahkan.
Bersamaan dengan upaya menemukan varietas yang bisa menghasilkan volume produksi lebih besar, pemerintah tetap berusaha menjaga minat petani untuk menanam kedelai lewat pengendalian harga beli.
"Bapak Presiden mengatakan impor memang harus dilakukan, tetapi sepanjang bisa ditanam maksimal maka tanam sebanyak-banyaknya dan beli yang ditanam oleh rakyat, tentukan harganya agar rakyat bisa tertarik menanam kedelai," ujar Syahrul.
Mentan menyatakan bahwa dalam rapat internal terbatas sudah disebutkan kisaran harga yang mungkin ditetapkan oleh pemerintah terkait harga beli kedelai dari petani.
Kendati demikian, hal itu akan diputuskan lebih lanjut melalui rapat koordinasi yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sekira sepekan ke depan.
"Satu minggu ini saya yakin Pak Menko sudah mengeluarkan kesepakatan kita untuk menetapkan harga pembelian minimal bagi kedelai," kata Syahrul.
"Tadi ada ancer-ancer angka yang sudah disebutkan dan itu sudah sangat luar biasa untuk petani kita, insyaallah. Tapi tentu saja ini akan didahului dengan rapat koordinasi Pak Menko untuk menetapkannya," ujar dia melengkapi.
Secara umum Mentan menyatakan bahwa pihaknya tengah menyiapkan perluasan lahan tanam kedelai menjadi 351 ribu hektare dan saat ini baru mencapai 67 ribu hektare.
Diketahui pada 2021 produksi kedelai nasional hanya mencapai 211 ton, sedangkan kedelai impor yang masuk sebesar 2,48 juta ton.
Baca juga: Mentan sebut petani Indonesia mampu hasilkan kedelai lokal berkualitas
Baca juga: Mentan minta Serang jadi pusat benih kedelai produktivitas tinggi
Baca juga: Peneliti: Perbaikan kualitas tingkatkan daya saing kedelai lokal
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022