"Disparitas harga di tingkat produsen dan konsumen terlihat tinggi. Kami sangat ingin mengupayakan agar disparitas ini mengecil dan harga bawang dapat stabil di tingkat harga yang menguntungkan petani dan tidak memberatkan konsumen," kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dalam kunjungan ke daerah penghasil bawang, Brebes, Jawa Tengah, Jumat.
Mendag menekankan, tata niaga bawang merah harus menguntungkan semua pihak, baik petani maupun konsumen.
Pada kesempatan itu, Mendag meninjau secara langsung perkembangan harga dan produksi bawang merah di Brebes. Mendag mengungkapkan bahwa saat ini harga bawang merah cenderung meningkat seiring belum masuknya masa panen raya.
Panen raya tiba pada bulan Juni hingga September, sedangkan pada periode Maret-Mei biasanya produksi bawang berada pada titik terendah.
Berdasarkan data Paguyuban Petani Agropolitan, harga bawang merah di tingkat produsen di Brebes, pada 24 Mei 2012 tercatat Rp9.500/kg, sedangkan harga rata-rata di pasar tradisional Brebes tercatat Rp11.000/kg.
Sementara itu, harga bawang merah secara nasional di tingkat eceran pada minggu ke-4 Mei 2012, berdasarkan data dari Badan Pusat Statisik (BPS), tercatat Rp18.690/kg.
Dalam membenahi tata niaga komoditas bawang merah, pemerintah akan mengusahakan agar produksi tidak terlalu terkonsentrasi pada bulan tertentu. Kemudian, pengembangan budidaya bawang merah akan disesuaikan dengan wilayah yang memiliki potensi sehingga tidak terkonsentrasi di satu daerah.
Pemerataan produksi bawang merah dan waktu panennya akan menyeimbangkan supply dan demand yang menciptakan harga yang wajar baik tingkat petani maupun konsumen.
Selanjutnya, efisiensi biaya produksi bawang merah, khususnya di Kabupaten Brebes, akan ditingkatkan, sehingga di satu sisi budidaya menguntungkan petani, namun di sisi lain harga di tingkat pengecer tidak terlalu tinggi.
Proses produksi yang efisien akan meningkatkan daya saing bawang merah lokal terhadap bawang merah impor.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Gunaryo, menekankan bahwa pemerintah akan mengatur agar masa impor bawang merah tidak tumpang tindih dengan masa panen raya.
“Kami akan mengusahakan agar impor dilakukan pada saat tingkat produksi bawang merah dalam negeri mengalami defisit, sehingga harga tetap stabil dan kebutuhan konsumen tetap dapat dipenuhi,” imbuhnya.
Menurut Gunaryo, pengolahan bawang merah guna meningkatkan nilai tambah juga sangat penting dilakukan. Strategi ini juga dapat mencegah jatuhnya harga pada masa panen dan memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah dengan harga terjangkau karena bawang merah dibuat lebih tahan lama.
Brebes merupakan sentra produksi bawang merah yang berperan penting terhadap produksi bawang merah nasional.
Pada 2010, produksi bawang merah Kabupaten Brebes mencapai 400.501 ton, atau 79,09 persen dari total produksi bawang merah di seluruh wilayah Jawa Tengah yang jumlahnya 506.357 ton.
Terhadap produksi bawang nasional yang jumlahnya 1.048.934 ton, Brebes menyumbangkan 38,18 persen dari total produksi.
Sentra produksi bawang nasional sampai saat ini masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, di mana kontribusinya sebesar 80,73 persen (846.793 ton) terhadap total produksi bawang merah nasional.
Produksi bawang merah nasional pada 2010 naik 8,68 persen dibandingkan tahun 2009, menjadi 1.048.934 ton dari 965,164 ton.
Sementara berdasarkan roadmap bawang merah Kementerian Pertanian, perkiraan kebutuhan bawang merah pada 2012 sebesar 1.060.820 ton, yang terdiri dari 886.120 ton untuk konsumsi langsung, 99.700 ton untuk benih, 25.000 untuk industri, dan 50.000 untuk ekspor.
(*)
Pewarta: Suryanto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012