Oslo (ANTARA News) - Mantan penilik senjata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Hans Blix, menyatakan bahwa Iran memerlukan waktu lagi, dan menyerukan kelanjutan perundingan dengan pihak Teheran atas kegiatan nuklir negeri itu. "Kita punya waktu. Iran tidak akan dapat memiliki bom (nuklir) dalam lima tahun," kata Blix kepada kantor berita Norwegia (NTB) di luar temu sumberdaya dunia di Bergen, pantai barat negeri itu, pada awal pekan ini. "Amerika Serikat menyediakan waktu untuk berunding dengan Korea Utara, tapi Iran hanya mendapat tenggat pendek. Amerika Serikat dan negara besar lain harus membahas dan menwarkan beberapa perangsang, seperti yang mereka lakukan dengan Korea Utara," katanya. Pernyataan itu tampak mencerminkan pendapat penggantinya pada jabatan ketua Badan Tenaga Atom Dunia (IAEA), Mohamad ElBaradei, yang pada 2005 mendapat Nobel Perdamaian. Blix menyatakan, melihat sejumlah kesamaan pada sengketa saat ini atas penelitian nuklir Iran dengan keadaan menjelang perang Irak tiga tahun lalu, tapi ia mengatakan tidak yakin Amerika Serikat akan menyerbu Iran. Tapi, Amerika Serikat dapat berupaya membom atau menyerang tempat di Iran, yang akan memicu tanggapan keras dan menyumbang pada lebih banyak teror, kata Blix. Penilik dari IAEA dijadwalkan tiba di Teheran Sabtu mendatang untuk meneruskan pengujian atas kegiatan nuklir Iran. Ali Asqar Soltaniyeh, utusan Iran untuk IAEA, menyatakan kunjungan itu menandakan keputusan Iran melanjutkan kerjasama rutin dengan badan tersebut guna membuktikan sifat sipil kegiatan nuklirnya. Kunjungan itu belum diteguhkan oleh sumber resmi. Soltaniyeh dalam wawancana dengan CNN mengatakan, "Pekan depan akan ada kelompok (IAEA) lain mengunjungi Iran dan sarana pengayaan, yang akan menjadi arah kewajiban kami berdasarkan atas usaha perlindungan NPT (Perjanjian Tanrebak Nuklir)." Iran menolak memenuhi permintaan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membekukan pengayaan uranium, menentang peringatan dari kekuatan besar dunia, terutama Amerika Serikat, yang takut Iran dengan diam-diam membuat bom atom. Teheran berulang kali membantah tuduhan itu dan menekankan bahwa kegiatan nuklirnya untuk tujuan damai guna membangkitkan listrik. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam pernyataan akhir bulan lalu minta Iran menangguhkan pengayaan uraniumnya dalam 30 hari untuk meredakan kekuatiran antarbangsa bahwa negara itu berusaha membuat senjata nuklir. Pernyataan itu juga minta IAEA melaporkan pemenuhan Iran atas permintaan tersebut dalam 30 hari. Keputusan Iran memulai kembali pengayaan uranium Januari lalu memicu Inggris, Perancis dan Jerman menghentikan perundingan 2,5 tahun Eropa Bersatu dengan Teheran dan mendukung tuntutan Amerika Serikat membawa perkara nuklir Iran ke Dewan Keamanan. Soltaniyeh menyatakan Iran tidak akan mundur dari NPT dan akan mempertahankan kerjasama dengan IAEA. "Masalah nuklir `disandera` oleh kebijakan Amerika Serikat dan hendaknya diserahkan kembali ke banyak pihak," katanya. Ketua pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa ahir Maret menyatakan Iran bukan ancaman dan sanksi terhadapnya merupakan pemikiran buruk. "Sanksi merupakan pemikiran buruk. Kita tidak menghadapi ancaman maut. Kita perlu mengurangi tekanan," kata Ketua IAEA Mohamad Elbaradei di Doha, ibukota Qatar. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006