Salah satu upaya Pemrpov Jateng itu adalah mewadahi keluarga eks-napiter untuk berusaha dalam wadah koperasi yang dikukuhkan belum lama ini di Solo.
Pekik riang beberapa anak kecil terdengar dari lantai dua sebuah hotel di Solo. Beberapa terlihat aktif berlarian dengan gembira. Ada pula yang lebih memilih untuk setia duduk di pangkuan ibundanya.
Mereka adalah anak-anak dari mantan napiter dari sejumlah kasus terorisme yang pernah terjadi di tanah air. Kedatangan mereka untuk menemani orang tuanya menghadiri acara Pengukuhan Koperasi Gema Salam Mandiri "Wanita Indonesia Wanita Tangguh".
Salah satu wanita dewasa terlihat menggendong bayi yang usianya belum genap satu bulan. Dia adalah Dewi Setyowati. Wanita asal Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten. Dia membawa tiga anaknya yang masih balita untuk menghadiri acara tersebut.
Setelah suaminya tersangkut kasus terorisme di Kota Solo pada tahun 2010, ibu lima anak ini mencoba terus bangkit dan menata hidup demi keluarganya. Ia ditinggal suaminya yang harus menjalani hukuman di penjara saat baru memiliki dua anak yang masih kecil. Pada saat itu, Dewi masih menjadi guru di salah satu taman kanak-kanak (TK) di desanya.
Akibat kejadian tersebut, ia sempat merasa terkucil dan berkecil hati sehingga menyampaikan rencana pengunduran dirinya sebagai guru kepada Kepala TK. Meski demikian, saat itu atasannya meminta untuk tetap mengajar di TK dan berharap tidak terlalu mempedulikan omongan orang. "Saya takut kalau kejadian suami berimbas ke minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke TK kami," katanya.
Meski demikian, usai suaminya keluar dari penjara lima tahun kemudian, dia menetapkan hati untuk keluar karena harus mengurus anak ketiga yang belum lama dia lahirkan, serta mengurus ibunya yang mulai sakit-sakitan. Untuk memastikan tetap ada pemasukan, ia akhirnya memilih untuk membuka jasa cuci dan setrika baju.
Hingga saat ini, usahanya sudah berjalan selama empat tahun. Suaminya juga sudah mulai menata kehidupan dengan membuka usaha air isi ulang di Solo.
Bergabungnya Dewi dalam Koperasi Gema Salam Mandiri karena suaminya, Ari Budi Santosa, sudah lebih dulu bergabung dalam Yayasan Gema Salam. Selanjutnya, mereka bergabung dalam koperasi tersebut.
Ia berharap koperasi tempat bergabung bisa terus eksis. Selain bisa menjadi ajang silaturahmi bagi para istri eks-napiter, koperasi tersebut diharapkan juga bisa menambah modal usaha baginya.
Gerakan deradikalisasi
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengatakan pemerintah saat ini tengah mencoba merespons berbagai masalah yang ada, terutama terkait dengan deradikalisasi. Termasuk berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh Yayasan Gema Salam, merupakan bagian dari keterlibatan eks-napiter terhadap gerakan deradikalisasi.
Koperasi yang didirikan untuk mewadahi aktivitas usaha para istri eks-napiter itu didukung dengan sepenuh hati. Bahkan, pemerintah berkomitmen memberikan pendampingan agar usaha mereka naik kelas sehingga koperasi bisa terus berkembang.
Dengan memiliki usaha yang bagus dan mampu menjalin hubungan baik dengan masyarakat setempat, bukan tidak mungkin para mantan narapidana terorisme tersebut akan memperoleh kehidupan yang lebih baik tanpa dibayang-bayangi oleh masa lalu.
Upaya Densus 88 Antiteror yang memberikan perhatian besar terhadap para eks-napiter juga harus diapresiasi. Bukan hanya menangani terorisme, namun Densus 88 Antiteror juga berupaya memberdayakan para eks-napiter agar bisa segera kembali ke masyarakat. "Mereka tidak melakukan tindakan keliru dan sekaligus bisa mensyiarkan kepada publik bagaimana mereka sekarang sudah cukup mandiri," katanya.
Ganjar senang karena para eks-napiter saat ini mampu bangkit dan berhasil menjalankan berbagai usaha, seperti membuka warung bakso, warung kopi, dan ternak lele.
Pemprov Jateng berkomitmen untuk terus mendukung Densus 88 Antiteror memberdayakan eks-napiter di daerah-daerah, termasuk dalam waktu dekat ini akan dilakukan kegiatan pemberdayaan mantan napiter di Kabupaten Temanggung.
Jalin dua pendekatan
Kepala Densus 88 Antiteror Irjen Pol Marthinus Hukom mengemukakan endekatan kepada para eks-napiter dilakukan melalui dua cara, yakni pendekatan dari sisi hukum, dan pendekatan yang lebih lembut, termasuk bagaimana melihat kemauan keras dari eks-napiter untuk melakukan terobosan demi kehidupan yang lebih baik.
Semula eks-napiter awalnya hanya didorong agar mampu tampil sebagai manusia sesuai dengan kodratnya, yakni dilahirkan untuk mampu berinteraksi secara sosial, saat ini ada perubahan positif yang lebih dari itu. "Saya lihat ada dorongan dari suami agar istri lebih kreatif. Ini hal yang luar biasa, penting, dan tepat," katanya.
Dengan mendirikan bisnis, jaringan mereka akan lebih terbuka. Hal ini lebih baik dibandingkan sebelumnya, di mana interaksi hanya dilakukan secara tertutup dan hanya lintas mereka sendiri yang berada dalam satu kelompok.
Melalui kegiatan ekonomi, diharapkan mereka mampu menembus batas budaya, keyakinan, dan etnis. Koperasi yang menyasar eks-napiter ini juga baik, guna membuka wawasan sebagai dasar pendidikan. Jika rasionalnya terkungkung maka generasi muda tidak mampu tumbuh dengan aspek rasional yang baik.
Peran suami adalah mendorong agar ritme tersebut terjaga, bukan sekadar memberikan kebebasan tetapi juga memberikan ruang interaksi, termasuk interaksi yang terjadi di dalam Koperasi Gema Salam. "Koperasi artinya bicara kerja sama, membangun ekonomi keluarga," katanya.
Jajaran Densus 88 mengapresiasi dukungan dari Pemprov Jawa Tengah atas berbagai kegiatan yang melibatkan eks-napiter. Langkah Pemprov Jawa Tengah ini diharapkan bisa menjadi awal yang baik untuk kegiatan serupa di berbagai daerah lain di Indonesia.
Sudah saatnya masyarakat ambil bagian untuk ikut mengentaskan dan mengembalikan kepercayaan diri para eks-napiter. Selain menerima dengan baik kembalinya mereka di masyarakat, juga ikut berkontribusi pada berbagai usaha yang mereka dirikan, seperti dilakukan Pemprov Jawa Tengah dengan mewadahi usahanya melalui koperasi.
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022