Singapura (ANTARA) - Dolar melemah dari tertinggi multi-tahun di sesi Asia pada Jumat pagi, setelah reli yang kuat di awal pekan meskipun ekspektasi bahwa Federal Reserve perlu menaikkan suku bunga lebih banyak guna melawan inflasi mengirim imbal hasil obligasi pemerintah lebih tinggi dan mempertahankan greenback dalam permintaan.
Dolar yang menjulang mendorong yuan di pasar internasional melewati ambang kritis 7 per dolar semalam untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun, dengan yuan tetap di bawah tekanan pada 7,0032 di awal perdagangan Asia.
Yuan di pasar domestik berada di level berbahaya dekat dengan breakpoint, dan terakhir ditutup pada 6,9971 per dolar.
Sering digunakan sebagai proksi likuid untuk yuan, Aussie mencapai level terendah dua bulan di 0,6685 dolar AS pada Jumat pagi. Kiwi juga turun menjadi 0,5956 dolar AS, level terendah sejak Mei 2020.
"Saya pikir itu sebagian, saya pikir itu adalah level psikologis," kata Ray Attrill, kepala strategi valas di National Australia Bank, tentang korelasi antara mata uang antipodean dan penurunan yuan.
"Tapi saya juga berpikir itu adalah penurunan besar dalam harga minyak dan juga komoditas lainnya ... besarnya pergerakan harga minyak jelas berdampak pada semua komoditas atau mata uang pro-siklikal."
Sementara itu, euro naik 0,14 persen menjadi 1,0008 dolar, sementara sterling naik 0,02 persen menjadi 1,1474 dolar. Dolar turun 0,37 persen terhadap yen Jepang menjadi 142,96, sedikit terbantu oleh harapan intervensi mata uang.
Pedagang sekarang mengalihkan fokus mereka ke serangkaian pertemuan kebijakan moneter oleh Federal Reserve, Bank Sentral Jepang (BOJ), dan Bank Sentral Inggris (BOE) minggu depan, dengan Fed di tengah panggung.
Data ritel AS yang dirilis semalam menunjukkan penjualan ritel secara tak terduga rebound pada Agustus, sementara laporan terpisah dari Departemen Tenaga Kerja menunjukkan klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara itu turun 5.000, menambah kasus bahwa ekonomi dapat mentolerir suku bunga yang lebih tinggi.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS naik ditopang data, karena investor merevisi ekspektasi mereka tentang ke mana arah suku bunga. Imbal hasil dua tahun mencapai tertinggi baru 15 tahun di 3,879 persen semalam, dan terakhir berdiri di 3,8646 persen. Sementara itu, imbal hasil 10-tahun menguat di 3,4431 persen.
Dana Fed berjangka sekarang menunjukkan peluang 25 persen untuk kenaikan suku bunga 100 basis poin pada pertemuan minggu depan.
"Penguatan dolar akan bertahan, setidaknya dalam waktu dekat. Dua faktor utama yang mendukung dolar AS masih ada, jadi kami memiliki perkiraan pasar yang sangat hawkish untuk FOMC ... mendapat prospek pertumbuhan global yang memburuk ini," kata Carol Kong, rekanan senior untuk ekonomi internasional dan strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia.
"Selama prospek ekonomi global masih lemah, dolar AS dapat tetap kuat dan mungkin sedikit lebih tinggi." Indeks dolar AS turun 0,16 persen menjadi 109,61, tetapi tetap mendekati puncak dua dekade di 110,79.
Baca juga: Dolar naik tipis terhadap yen, investor perkirakan Fed tetap agresif
Baca juga: Yen menguat atas dolar, pasca-Bank Sentral Jepang indikasi intervensi
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022