AEM ke-54 dan pertemuan-pertemuan terkait, termasuk pertemuan para menteri Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP), pertemuan para menteri ekonomi Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur (East Asia Summit/EAS), dan Musyawarah Mitra Dialog AEM, akan digelar baik secara langsung maupun virtual mulai 14 hingga 18 September 2022 di provinsi kaya budaya Siem Reap, Kamboja barat laut.
Dalam sesi wawancara baru-baru ini dengan Xinhua, Juru Bicara sekaligus Wakil Sekretaris Negeri Kementerian Perdagangan Kamboja Penn Sovicheat mengatakan Kamboja akan mengukir prestasi bersejarah dengan menjadi tuan rumah AEM untuk kali ketiga sejak negara kerajaan itu bergabung dengan ASEAN (Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara) pada 1999.
Dia mengatakan para peserta akan membahas kemajuan dalam upaya mewujudkan integrasi Masyarakat Ekonomi ASEAN, kemajuan dalam inisiatif Priority Economic Deliverables, pemulihan ekonomi pasca-COVID-19, dan hubungan ekonomi eksternal ASEAN.
Empat isu strategis akan menjadi fokus pada pertemuan mendatang, kata Sovicheat, seraya menambahkan bahwa hal itu meliputi upaya untuk meningkatkan konektivitas digital, ilmu pengetahuan, dan teknologi; mengurangi kesenjangan pembangunan untuk daya saing ASEAN; mempromosikan ASEAN yang lebih terintegrasi, inklusif, tangguh, dan kompetitif; serta memperkuat ASEAN global untuk pertumbuhan dan pembangunan.
"Di antara empat dorongan strategis utama ini, kami telah mengusulkan 19 target ekonomi, jadi itu cukup ambisius untuk dibahas," katanya. "Kami yakin bahwa AEM ke-54 dan pertemuan-pertemuan terkait akan meningkatkan reputasi Kamboja dan menghadirkan manfaat ekonomi dan kerja sama yang lebih erat di antara semua negara yang terlibat."
Sovicheat mengatakan karena ASEAN telah menjadi sebuah komunitas, konsep arus bebas perdagangan, pergerakan, modal, dan jasa telah terbentuk, mengindikasikan adanya kerja sama ekonomi yang sangat erat di antara semua negara anggota.
"Ke depannya, saya dapat mengatakan bahwa ASEAN akan menjadi kuat karena ASEAN memiliki banyak mitra eksternal dan RCEP telah memberi blok itu akses pasar yang lebih besar ke lima mitra dialognya, yaitu China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru," katanya.
Joseph Matthews, seorang profesor senior di BELTEI International University di Phnom Penh, mengatakan kerja sama ekonomi ASEAN telah menunjukkan kemajuan stabil, yang dapat dianggap sebagai contoh sukses integrasi ekonomi oleh negara-negara berkembang
"Pencapaian besar terbaru dalam kerja sama ekonomi ASEAN adalah terciptanya dan diberlakukannya kesepakatan perdagangan RCEP pada tahun ini," katanya kepada Xinhua. "Pakta perdagangan megaregional ini akan menjadi pendorong bagi pemulihan ekonomi kawasan itu di era pascapandemi."
Matthews mengatakan kerja sama ekonomi ASEAN yang lebih erat telah memainkan peran penting dalam memastikan perdamaian, stabilitas, pembangunan, dan kesejahteraan jangka panjang di kawasan tersebut.
Thong Mengdavid, seorang peneliti di Asian Vision Institute yang berbasis di Phnom Penh, mengatakan ASEAN telah meluncurkan banyak inisiatif dan cetak biru untuk mendorong integrasi ekonomi regional, termasuk Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN 2025, dan hasil dari negosiasi untuk RCEP.
"Masa depan ASEAN lebih cerah dan lebih jelas dari sebelumnya berkat pertumbuhan ekonomi negara anggota yang stabil dan interkonektivitas di antara mereka," katanya kepada Xinhua.
Didirikan pada 1967, ASEAN beranggotakan Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Pewarta: Xinhua
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022