Jakarta (ANTARA News) - Suratkabar Harian "Rakyat Merdeka" kembali akan menerbitkan kartun yang mengilustrasikan suasana psikologis hubungan Indonesia-Australia, setelah 27 Maret lalu memuat kartun PM Australia John Howard dan Menlu Alexander Downer pada halaman muka koran itu. Penerbitan karikatur itu merupakan hal rutin dan tema karikatur karya Kartunis Pondalapot itu nantinya akan disesuaikan dengan perkembangan terkini respons Pemerintah Australia, kata Margiono, salah seorang manajer Rakyat Merdeka, di Jakarta, Selasa. "Kita mengikuti isu yang aktual dan tergantung suasana, apakah Australia sudah melunak, sehingga kanggurunya (digambarkan) lemas atau semakin garang dengan kanggurunya bertaring ...," katanya. Dalam pemuatan kartun Howard dan Downer pada edisi hari Senin, 27 Maret 2006, lalu, keduanya diilustrasikan sebagai dua ekor dingo, anjing liar yang hidup di Australia. Kartun berjudul "The Adventure of Two Dingo" itu menggambarkan Howard yang ekornya bergoyang menunggangi Downer. Kartun Rakyat Merdeka itu lantas dibalas oleh Harian The Weekend Australian, suratkabar yang dikenal pengamat media sebagai loyalis rezim PM Howard, dengan memuat karikatur Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pada kartun The Weekend Australian tersebut, Presiden SBY digambarkan memakai kopiah hitam dan berekor sambil berkata, "Don`t take this the wrong way...". Sementara di bawahnya ada gambar seorang berkulit hitam yang dinyatakan pembuatnya, Bill Leak, sebagai warga Papua. "Insiden karikatur" itu terkait erat dengan memanasnya hubungan kedua negara setelah Pemerintah Federal Australia pimpinan PM John Howard memberikan visa menetap sementara kepada 42 dari 43 pencari suaka politik dari Provinsi Papua yang berlabuh di negara itu Januari lalu. Bukan kawan baik Menurut Margiono, pihaknya melihat Australia tidak menghormati kedaulatan dan integritas nasional Indonesia sebagai negara tetangganya. Dalam pandangan Margiono, jika Australia kawan yang baik, ia tidak akan secara sepihak bertindak dengan memberikan visa tersebut kepada para pencari suaka politik itu. "Kawan baik jangan begitulah," katanya. Persoalan bagaimana gambaran dalam karikatur itu nantinya, semuanya berpulang pada suasana hati Karikaturis Pondalapot yang juga jurnalis, katanya. Mengenai himbauan Presiden SBY agar media di Indonesia tidak terlalu jauh dalam mengekspresikan kemarahan rakyat Indonesia, ia mengatakan pihaknya menghormati imbauan tersebut. Terkait pemuatan karikatur dirinya di Weekend Australian, Presiden SBY menyesalkan dan merasa prihatin atas penerbitan kartun yang disebutnya "tidak senonoh dan cenderung bersifat agitatif, destruktif dan dapat membangkitkan emosi rakyat" itu. Namun Kepala Negara juga menyesalkan diterbitkannya karikatur sejenis oleh media di Indonesia yang menurutnya terlalu jauh dalam mengekspresikan kemarahan rakyat Indonesia. "Pesan saya, jangan terlalu jauh karena itu dapat memperlebar masalah dan lebih menyulitkan pemerintah," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2006