"Kalau melihat frekuensi dakwah kita sebenarnya cukup ramai, kapan saja kita buka itu banyak orang dakwah di media sosial, di masjid-masjid, di majelis-majelis, jadi volume memang sudah cukup banyak, mungkin yang perlu ditingkatkan itu kualitas konten-nya (agar) sesuai dengan selera, dengan keinginan, dengan cara yang diminati sekarang ini," kata Wapres Ma'ruf Amin di Istana Wakil Presiden Jakarta, Rabu.
Wapres menyampaikan hal tersebut dalam acara pembukaan Muktamar Al Ittihadiyah XX yang dilakukan secara "hybrid" dengan sebagian peserta muktamar hadir di Istana Wakil Presiden dan sebagian berada di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur.
"Cara kita menyampaikan-nya mungkin jangan terlalu tekstual, perlu uraian-uraian yang sedikit bisa memberikan gambaran yang lebih jelas, ibarat yang lebih menarik," ungkap Wapres.
Perbaikan kualitas dakwah tersebut, menurut Wapres, harus dimulai dari perbaikan kualitas pendakwah-nya.
Baca juga: Wapres Ma'ruf Amin minta unit usaha syariah bank lakukan "spin off"
Baca juga: Wapres apresiasi tayangan Ngaji Manuskrip Kuno Nusantara
"Ada seorang ulama, Ibnu Umar Ra ditanya 'Kenapa omongan orang salaf itu lebih bermanfaat dibandingkan omongan kita?' Apa jawab beliau? 'Beliau mengatakan 'Mereka itu bicara untuk Islam, bicaranya untuk kemuliaan Islam dan kemaslahatan banyak jiwa dan keridhoan Allah," tambah Wapres.
Menurut Wapres, ketika seorang pendakwah berbicara untuk ketenaran dan kemuliaan-nya sendiri maka perkataannya tersebut tidak bermanfaat.
"Jadi banyak gerakan sedikit hasilnya, padahal dulu, tidak banyak omongannya tapi hasilnya banyak. Salah satu yang kita nikmati sekarang adalah negeri ini menjadi mayoritas Muslim karena cara mereka menyampaikan," ucap Wapres.
Tugas pendakwah saat ini, sebut Wapres adalah bagaimana menjaga umat yang sudah banyak dan baik agar dapat menguatkan akidahnya.
"Jangan sampai omongan kita itu seperti tidak memiliki bekas, tidak ada taksir, tidak ada bekas, nah ini yang mungkin perlu diperbaiki dan diterima oleh khalayak," tutur Wapres.
Tidak ketinggalan, organisasi Islam juga perlu memikirkan kaderisasi dai yang bukan sekadar kaderisasi materi melainkan juga kaderisasi pribadi-pribadi para dai.
Al Ittihadiyah merupakan organisasi Islam yang berdiri sejak tahun 1935. Lahir sebagai pemersatu dan perekat umat saat terjadi perpecahan. Organisasi masyarakat yang berdiri di Medan tersebut, merupakan salah satu pendiri Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan dalam pendidikan, dakwah, ekonomi, dan sosial.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2022