Dolar berteriak overvaluation, tetapi untuk melihatnya sebagai benar, Anda akan membutuhkan semacam katalis untuk siklus penurunan dolar, dan perkembangan terbaru ini telah menantang itu
Tokyo (ANTARA) - Dolar naik mendekati tertinggi 24 tahun terhadap yen di perdagangan Asia pada Rabu pagi, di tengah lonjakan imbal hasil AS setelah inflasi yang lebih panas dari perkiraan mendorong taruhan untuk pengetatan moneter yang lebih agresif oleh Federal Reserve (Fed) minggu depan.
Dolar naik setinggi 144.965 yen di sesi Asia, mendekati level tertinggi Rabu (7/9/2022) lalu di 144,99, level yang tidak terlihat sejak Agustus 1998, sebelum terakhir diperdagangkan sedikit berubah di 144,56.
Semalam pasangan mata uang tersebut, yang sangat sensitif terhadap perbedaan suku bunga, melonjak 1,26 persen karena imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun naik ke level tertinggi tiga bulan menyusul kenaikan tak terduga dalam indeks harga konsumen (IHK) AS untuk Agustus.
"Ini benar-benar menghancurkan ilusi ... bahwa inflasi telah mencapai puncaknya dan akan turun," kata Kepala Strategi Mata Uang National Australia Bank, Ray Attrill, dalam sebuah podcast. "Oleh karena itu pasar telah memutuskan bahwa keputusan Fed minggu depan tidak antara 50 dan 75 (peningkatan basis poin), sekarang antara 75 dan 100."
Baca juga: Dolar menguat tajam, inflasi panas AS picu Fed naikkan bunga agresif
Pasar uang saat ini memberi peluang 37 persen untuk kenaikan poin persentase penuh pada 21 September, versus probabilitas 63 persen untuk pergerakan 75 basis poin lainnya.
Ekonom Nomura juga mengatakan mereka sekarang percaya kenaikan suku bunga 100 basis poin adalah hasil yang paling mungkin.
"Pasar kurang memperkirakan betapa mengakarnya inflasi AS dan besarnya respons yang kemungkinan akan diperlukan dari The Fed untuk mengusirnya," tulis mereka dalam sebuah catatan.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama termasuk yen, euro dan sterling, sedikit berubah pada 109,750, setelah melonjak 1,44 persen semalam, persentase kenaikan satu hari terbesar sejak Maret 2020.
Baca juga: Harga emas anjlok 23,2 dolar, dipicu dolar kuat pascainflasi AS tinggi
Euro naik tipis 0,11 persen menjadi 0,9981 dolar, sedikit mundur dari penurunan 1,52 persen pada Selasa (13/9/2022). Sterling naik 0,17 persen menjadi 1,151 dolar, tetapi setelah terjun 1,61 persen semalam.
"Dolar berteriak overvaluation, tetapi untuk melihatnya sebagai benar, Anda akan membutuhkan semacam katalis untuk siklus penurunan dolar, dan perkembangan terbaru ini telah menantang itu," kata Attrill dari NAB.
Dolar Aussie yang sensitif terhadap risiko naik 0,25 persen menjadi 0,6750 dolar AS, meskipun lompatan itu tidak seberapa dibandingkan dengan penurunan tajam 2,26 persen semalam.
Mata uang kripto terkemuka bitcoin kehilangan 0,21 persen lagi menjadi 20.191,00 dolar AS, menyusul penurunan 9,93 persen pada Selasa (13/9/2022).
Baca juga: Harga minyak jatuh, setelah inflasi AS lebih tinggi dari perkiraan
Baca juga: Wall Street ditutup jatuh, Indeks Dow Jones anjlok 1.276,37 poin
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022