Melbourne (ANTARA) - Terletak di jantung Pecinan Melbourne, Museum Sejarah China-Australia bukan hanya merupakan lambang sejarah, tetapi juga warisan bagi seluruh anggota komunitas China untuk memahami garis keturunan mereka.
Didirikan pada 1985, museum itu memiliki koleksi yang terdiri dari 8.000 lebih benda warisan China-Australia, termasuk sebuah buku frasa dalam bahasa Inggris yang berasal dari tahun 1857.
Buku frasa tersebut, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin dan Kanton, menunjukkan cara berkomunikasi di berbagai situasi lintas bahasa, membantu para imigran menemukan jalannya di Australia, kata Mark Wang, kepala eksekutif museum itu.
Sebagai satu dari segelintir orang yang meresmikan museum itu, Wang juga merupakan keturunan para pemburu emas asal China yang datang ke Australia untuk mengadu nasib antara tahun 1851 hingga akhir tahun 1860-an.
"Nilai inti dari Museum Sejarah China-Australia adalah untuk membangun komunitas yang harmonis bagi semua warga keturunan China atau siapa pun yang berharap dapat menjadi bagian dari komunitas itu," kata Wang.
Dia mengatakan bahwa sejumlah besar pengunjung akan mengikuti konferensi atau lokakarya reguler, mencoba mencari tahu cerita tentang nenek moyang mereka dan tempat bagi diri mereka sendiri di tengah masyarakat.
"Ini bersifat sosial. Ini soal menyatukan semua potongan teka-teki, tentang bagaimana mereka (leluhur) hidup, bagaimana mereka terhubung dan di mana mereka tinggal."
Tumbuh dengan cerita tentang kakek buyutnya, Wang mengatakan bahwa pada abad ke-19, sejumlah warga China datang ke Australia karena berbagai alasan. Beberapa di antaranya diminta untuk menanam sayuran karena kurangnya tenaga kerja, sementara beberapa lainnya datang saat peristiwa gold rush.
"Karena itulah kami menyimpan cerita. Warga Australia keturunan China kini ingin mengetahui (cerita-cerita itu)."
Terlepas dari tren menggabungkan hiburan modern dengan tradisi, Wang bersikeras untuk mempertahankan sisi yang lebih serius. Dia mengatakan bahwa inovasi budaya bukan hanya tentang menggabungkan berbagai hal, tetapi menghadirkan semangat China dengan cara kontemporer.
The Arts Collective, yang diluncurkan oleh pihak museum pada Maret, melibatkan sekelompok seniman dan anak muda yang ingin membagikan pengalaman mereka sebagai warga Australia keturunan China melalui seni kontemporer.
"Ada sejarah di dalam warisan, tetapi warisan adalah apa yang ada di dalam dirimu," kata Wang. "Kami mengatakan kepada para seniman itu bahwa mereka sebenarnya melukis dan mengekspresikan warisan yang ada di dalam diri mereka sendiri."
Untuk merayakan Festival Pertengahan Musim Gugur yang baru saja berakhir pada akhir pekan lalu, museum itu menggelar serangkaian kegiatan tradisional, seperti membuat kue bulan dan menebak teka-teki.
"Saya adalah warga Australia keturunan Vietnam, tetapi memiliki garis keturunan Tionghoa dari pihak kakek saya," kata seorang pengunjung bernama Huynh kepada Xinhua. "Saya belum pernah ke China, jadi setiap kali sebuah festival tradisional tiba, saya akan mencari tahu di situs web museum ini dan mengikuti praktik-praktik tradisional yang dilakukan. Itu membuat saya merasa lebih dekat dengan kakek saya."
Bagi Wang, kualitas selalu menjadi kuncinya. Selama seorang pengunjung pulang dengan "kesan progresif," reputasi pun terbangun, dan Museum Sejarah China-Australia selalu menjadi tempat bagi warga Australia keturunan China untuk mengeksplorasi lebih jauh identitas dan warisan mereka, kata Wang. Selesai
Pewarta: Xinhua
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2022