bagaimana membantu tata kelola terkait dengan agenda aksi iklim. Itu yang lebih penting
Jakarta (ANTARA) - Kerja sama baru antara Indonesia dan Norwegia dalam bidang perubahan iklim dan kehutanan akan memiliki lingkup yang lebih luas dibandingkan kolaborasi sebelumnya dalam bentuk dukungan implementasi penyerapan bersih sektor kehutanan dan penggunaan lahan.

Ditemui usai konferensi pers di Jakarta, Senin, Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Dida Migfar Ridha mengatakan kerja sama Indonesia dan Norwegia yang telah diresmikan dalam penandatanganan nota kesepahaman hari ini berbeda dengan REDD+ yang diakhiri pada 2021.

"Kalau dulu fokus ke result based payment, kalau sekarang tidak hanya itu. Kita juga tadi berbicara konteks bagaimana mendukung FoLU Net Sink tapi tidak hanya result based payment tapi juga terkait hal-hal di luar itu, tata kelolanya kemudian policy dialogue. Itu yang sangat membedakan," kata Dida.

Dida menyampaikan hal itu usai penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) on Partnerships in Support Indonesia's Efforts in Reducing Greenhouse Gas Emissions from the Forestry and Other Land Use di Kantor KLHK, Jakarta, Senin.

Baca juga: Menteri LHK sebut Norwegia apresiasi upaya RI kurangi deforestasi
Baca juga: KKP-Norwegia sinergi penanganan penyakit ikan budi daya di Indonesia

Dalam kerja sama baru antara Indonesia dan Norwegia akan mencakup pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi lahan, membangun kapasitas untuk memperkuat sekuestrasi karbon hutan alam, konservasi biodiversitas, pengurangan emisi dari kebakaran dan kerusakan gambut, penguatan penegakan hukum, pertukaran pengetahuan, teknis informasi dan kepakaran.

"Tantangannya bukan hanya result based payment tetapi bagaimana membantu tata kelola terkait dengan agenda aksi iklim. Itu yang lebih penting," katanya.

Dia mengatakan bahwa pihak Indonesia dan Norwegia masih akan membahas rincian dari nota kesepahaman itu.

"Nanti akan kita tuangkan di dalam contribution agreement. Di situlah aturan mainnya, bagaimana dibuat terkait protokolnya, standar-standarnya. Itu yang tadi disampaikan bahwa sekitar tiga sampai empat minggu nanti akan dibahas secara intens antara Indonesia dan Norwegia," jelasnya.

Baca juga: KLHK: Anggota G20 berkomitmen perkuat adaptasi perubahan iklim
Baca juga: Menteri LHK sebut banyak negara G20 dukung kebijakan iklim Indonesia

Dalam konferensi pers usai penandatanganan nota kesepahaman, Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia Espen Barth Eide memuji keberhasilan Indonesia mengurangi deforestasi dalam enam tahun terakhir dan melaporkan tingkat terendah dalam 20 tahun terakhir.

Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia menyebut Indonesia sebagai pemimpin dunia dalam hal pengurangan deforestasi yang memiliki dampak signifikan dalam mitigasi perubahan iklim dan perlindungan biodiversitas.

"Kesuksesannya adalah hasil dari kebijakan pemerintah yang kuat. Hari ini, kami bangga memulai kemitraan baru untuk mendukung hasil mengesankan dan rencana ambisius Pemerintah Indonesia," kata Espen Barth Eide.

Baca juga: Menteri ESDM: Bali Compact rangkum pendekatan capai emisi nol bersih

Baca juga: PBB tekankan pentingnya restorasi mangrove untuk atasi krisis iklim

Baca juga: Kanada salurkan bantuan untuk lindungi gambut Sumsel

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022