Hampir semua pembangkit listrik kami sudah dibangun digitalisasi pembangkit. Bahkan, pengendalian pembangkit bisa hanya menggunakan gadget
Jakarta (ANTARA) - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyatakan program digitalisasi koneksi antarpembangkit listrik terus dilakukan melalui penerapan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dengan memasang 5.000 sensor koneksi pada pembangkit listrik guna menunjang kegiatan operasional perseroan
"Hampir semua pembangkit listrik kami sudah dibangun digitalisasi pembangkit. Bahkan, pengendalian pembangkit bisa hanya menggunakan gadget," kata Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam peluncuran program PLN Elevation di Bengkel Space Fairgrounds SCBD, Jakarta, Senin.
Penerapan teknologi kecerdasan buatan itu turut membantu penanganan masuknya energi terbarukan skala besar yang bersifat intermitten karena pasokan listriknya masih bergantung kondisi alam dan cuaca.
Darmawan menjelaskan dahulu fluktuasi konsumsi listrik hanya terjadi pada sisi demand, yakni saat siang hari konsumsi listrik naik, lalu sore hari agak turun, dan malam hari saat orang-orang pulang ke rumah menyalakan pendingin ruangan dan televisi angka konsumsi listrik kembali naik.
Sedangkan sekarang dengan hadirnya pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) maupun pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) yang bersifat intermitten alias tidak stabil menciptakan fluktuasi pasokan pada pembangkit listrik.
Ketika siang matahari bersinar terik, maka PLTS memproduksi listrik dan itu artinya operasional pembangkit base load harus diturunkan, lalu selepas jam 2 siang saat radiasi matahari turun, maka pembangkit base load kembali beroperasi menopang pasokan listrik.
Begitu juga dengan pembangkit tenaga bayu atau angin, saat angin kencang produksi PLTB naik dan operasi pembangkit base load dikurangi, lalu ketika tiupan angin melemah, maka pembangkit listrik base load dimaksimalkan kembali.
"Begitu ada sistem energi terbarukan yang intermitten keluar-masuk keluar-masuk, ngegas, ngerem, ini menjadi suatu ekosistem yang sangat kompleks. Fluktuasi yang dulunya terjadi pada demand sekarang fluktuasi juga terjadi pada pasokan listrik," jelas Darmawan.
"Kami melakukan modernisasi dan digitalisasi dari control room kami, sehingga semua naik turun listrik bisa kami lakukan dengan cepat. Kami lakukan digitalisasi pembangkit, sehingga ngegas dan ngerem-nya bisa kami lakukan dengan cepat," imbuhnya.
Sejauh ini, PLN telah melakukan digitalisasi pembangkit baik sistem dari PT Indonesia Power maupun dari PT Pembangkitan Jawa Bali yang masing-masing punya sistem digital untuk pembangkit berupa ICORE dan REOC.
Tak hanya itu, perseroan juga telah melakukan peluncuran green booster yang merupakan sistem digital untuk mengelola penambangan energi terbarukan.
Lebih lanjut Darmawan menjelaskan digitalisasi itu tidak hanya dilakukan pada pembangkit listrik saja, tetapi juga transmisi maupun distribusi listrik, bahkan sistem lelang juga tak luput dari program digitalisasi.
"Semuanya kami digitalisasi karena kami menganggap ini mengalami perubahan yang luar biasa, yaitu masuknya renewable energy dengan jumlah yang sangat besar," terangnya.
Baca juga: Kementerian ESDM: Jaringan listrik cerdas jadi kunci capai target NZE
Baca juga: Denmark puji Indonesia kurangi penggunaan pembangkit listrik batu bara
Baca juga: Jerman tingkatkan pembangkit listrik batu bara di tengah krisis energi
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022