Masih tingginya sentimen kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS menopang dolar AS

Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore ditutup melemah, dibayangi sentimen kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed).

Rupiah ditutup melemah 12 poin atau 0,08 persen ke posisi Rp14.842 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.830 per dolar AS.

"Masih tingginya sentimen kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS menopang dolar AS," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta, Senin.

Setelah sempat mencatatkan level tertinggi dalam 20 tahun terakhir pada pekan lalu, indeks dolar AS terkoreksi turun. Kendati demikian ekspektasi The Fed akan menaikkan tingkat suku bunga acuan pada pertemuan 22 September mendatang masih tinggi.

Pelaku pasar mulai memberikan sikap hati-hati apakah The Fed mungkin menaikkan suku bunga lebih tinggi dari 3,5 persen pada 2022 ini.

Baca juga: Rupiah Senin pagi menguat 10 poin

Setelah beberapa pejabat The Fed dan gubernurnya menunjukkan dukungan kenaikan suku bunga agresif pada September, kekhawatiran pasar bergeser pada tingkat inflasi yang mungkin lebih buruk dari ekspektasi The Fed.

Laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) AS pada Selasa (13/9), dan Indeks Harga Produsen (IHP) pada Rabu (13/9) menjadi fokus pasar pekan ini terkait proyeksi kebijakan The Fed.

Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp14.823 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.816 per dolar AS hingga Rp14.854 per dolar AS.

Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin menguat ke posisi Rp14.839 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.846 per dolar AS.

Baca juga: Saham Asia berakhir menguat, dolar berhati-hati jelang data inflasi
Baca juga: Harga minyak turun, tertekan pembatasan COVID China dan naiknya bunga

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022