digitalisasi tidak bisa dilawan

Jakarta (ANTARA) - BUMD Jakarta, Bank DKI menggandeng empat perusahaan rintisan "peer to peer (P2P) lending" atau platform digital guna mempertemukan peminjam dan pemberi pinjaman untuk memperluas pangsa pasar kredit.

"Sekarang portofolio harus fleksibel. Kami harus mengikuti perkembangan zaman, kata kuncinya harus punya visi jelas dan kedua, digitalisasi tidak bisa dilawan," kata Direktur Utama Bank DKI Fidri Arnaldy pada Cash Free Day di Jakarta, Minggu.

Adapun kerja sama itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara jajaran direksi Bank DKI dengan empat perusahaan rintisan yakni Dana Syariah, Alami, Amartha dan Fidac di sela kegiatan itu.

Ia menjelaskan lingkup kerja sama itu di antaranya terkait BUMD ini sebagai pemberi pinjaman dan kerja sama transaksi.

Meski demikian, ia belum membeberkan total komitmen yang dikucurkan dalam kerja sama terkait sebagai pemberi pinjaman.

Baca juga: Bank DKI ajukan tambahan KUR Rp250 miliar

"Mereka pasti punya pasar, punya debitur. Kami kolaborasikan. Kami tahu batasan mereka berapa dalam pemberian (kredit), kami siap untuk itu," imbuhnya.

Ia menambahkan perusahaan rintisan itu juga memiliki segmentasi debitur milenial yang saat ini banyak dilirik perbankan untuk realisasi kredit.

Alasannya, nasabah milenial merupakan pasar yang potensial karena mereka lebih dekat dengan teknologi dan digitalisasi yang lebih mengandalkan cepat, praktis, efisien dan mudah.

Saat ini pihaknya sedang melakukan transformasi sumber daya manusia dan bidang teknologi dengan melahirkan inovasi layanan misalnya aplikasi untuk beragam layanan perbankan dan pembayaran melalui JakOne Mobile dan JakOne Pay.

Tak hanya itu, inovasi yang memberikan nilai tambah bagi pelaku UMKM juga dilakukan dengan hadirnya aplikasi JakOne Abank yang menghadirkan layanan keuangan tanpa kantor.

Baca juga: Bank DKI kembangkan aplikasi digital untuk pinjaman

Sejumlah inovasi termasuk kerja sama dengan P2P lending tersebut diharapkan mendongkrak pendapatan korporasi terutama komisi atau pendapatan non bunga (fee based income).

Berdasarkan data Bank DKI, pertumbuhan laba mencapai 30,60 persen pada kuartal II 2022 menjadi Rp504,90 miliar dari sebelumnya pada kuartal II 2021 sebesar Rp386,47 miliar.

Salah satu yang berkontribusi terhadap pertumbuhan laba itu yakni "fee based income" yang tumbuh 27,97 persen dari awalnya sebesar Rp206,45 miliar pada kuartal II 2021 menjadi Rp264,19 miliar pada kuartal II 2022.

Sementara itu, realisasi kredit tumbuh sebesar 20,15 persen pada kuartal II 2022 menjadi Rp43,64 triliun dibandingkan kuartal II 2021 sebesar Rp36,32 triliun.

Pertumbuhan kredit terjadi pada seluruh segmen, dengan pertumbuhan segmen mikro paling tinggi mencapai 34,77 persen pada kuartal II 2022.

Baca juga: Bank DKI segera hadir di Sidoarjo, Semarang dan Lampung

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2022