Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyesalkan dan merasa prihatin atas penerbitan kartun atau karikatur tentang dirinya di sebuah harian di Australia pada Sabtu (1/4). "Saya memang menyesalkan dan prihatin atas penerbitan karikatur tentang diri saya yang tidak senonoh dan berbau pelecehan," katanya, dalam jumpa pers di Istana Merdeka Jakarta, Senin. Menurutnya, karikatur semacam itu selain tidak senonoh juga cenderung bersifat agitatif, destruktif dan dapat membangkitkan emosi rakyat. Untuk itu, Presiden berpesan pada semua pihak di dalam maupun luar negeri bahwa perang karikatur atau perang media dan perang pernyataan bukanlah solusi masalah antar negara, tetapi justru membuat masalah yang baru. Presiden juga menyesalkan diterbitkannya karikatur sejenis oleh media di Indonesia yang menurutnya terlalu jauh dalam mengekspresikan kemarahan rakyat Indonesia. "Pesan saya, jangan terlalu jauh karena itu dapat memperlebar masalah dan lebih menyulitkan pemerintah," katanya. Kepada pers Australia yang konon lebih matang, lebih dewasa dan lebih beretika sebagai ciri sebuah negara demokrasi, Presiden Yudhoyono menyerahkan masalah itu kepada para pemimpin di Australia. "Kalau niat kita ingin kembali dengan jalan yang baik, saya pikir semua masalah dapat diatasi," tambah Yudhoyono. Sementara itu, Presiden Yudhoyono juga mengatakan tidak akan memberikan toleransi apa pun kepada elemen-elemen di negara manapun, termasuk Australia, yang nyata-nyata memberikan dukungan dan bermain untuk sebuah gerakan separatis yang ada di Papua. "Sebagai sebuah bangsa, Indonesia tidak akan memberikan toleransi apa pun terhadap elemen-elemen yang memberikan dukungan bagi sebuah gerakan separatis di Papua," tegasnya. (*)
Copyright © ANTARA 2006