Semarang (ANTARA) - Akademisi Universitas Negeri Semarang (Unnes) Dr. Rumini menilai perlunya saat ini untuk memperbanyak kejuaraan olahraga usai vakum sekitar dua tahun akibat pandemi COVID-19.

"Begini, event olahraga kan sepi dua tahun kemarin karena COVID-19. Atlet-atlet ini sebenarnya sudah kangen untuk berlomba, bertanding," kata Rumini, di Semarang, Jumat.

Rumini adalah mantan atlet atletik asal Semarang yang pernah mencetak rekor Sapta Lomba di SEA Games 1993-1997.

Hal tersebut disampaikannya merefleksikan peringatan ke-39 Hari Olahraga Nasional pada 9 September 2022 yang mengambil tema besar "Bersama Cetak Juara".

Menurut Rumini, pemerintah harus memfasitasi berbagai kejuaraan olahraga, apalagi belakangan ini banyak prestasi yang diraih atlet-atlet pada kejuaraan yang digelar usai pandemi.

"Mereka ini (atlet) sedang semangat-semangatnya setelah harus vakum selama dua tahunan. Pemerintah harus menangkap potensi ini," kata Ketua Pengurus Provinsi Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Jawa Tengah itu.

Baca juga: Haornas 2022, bersama cetak juara, dan implementasi DBON

Mengenai Desain Besar Olahraga Nasional (DBON), Rumini yang sekarang menjabat Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) Unnes itu menyampaikan ada beberapa yang perlu dibenahi, terutama sistem rekrutmen.

Rumini mengingatkan bahwa sistem perekrutan calon atlet selama ini tidak melibatkan federasi cabang olahraga, padahal federasi yang memahami pemetaan atlet berpotensi.

"DBON ini kan ide dari para ahli sehingga kajian harus terus dilakukan agar (implementasi) sesuai dengan apa yang dituju," kata Rumini.

Rumini mengkhawatirkan jika nantinya hasil tidak sesuai harapan, sebab atlet-atlet yang didapat dengan sistem rekrutmen seperti itu ada di level 2-3.

"Ada juga persyaratan tinggi badan. Untuk olahraga tertentu memang harus ada ketentuan tinggi badan, tetapi tidak juga untuk seluruh cabang olahraga," katanya.

Hasilnya, kata dia, dimungkinkan ada atlet-atlet yang sebenarnya berpotensi tetapi gagal tidak memenuhi persyaratan tinggi badan.

"Makanya, idealnya cabang olahraga dilibatkan dalam proses rekrutmen atlet DBON, bukan mereka dibiarkan daftar sendiri-sendiri. Kalau dari cabang olahraga kan kita cari mana-mana yang unggulan," katanya.

Baca juga: Akademisi: "Mindset" pembinaan olahraga harus diubah
Baca juga: Jalan masih panjang menuju kejayaan prestasi olahraga Indonesia
Baca juga: PBTI: Haornas 2022 mementum lahirkan taekwondoin potensial lewat DBON

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2022