"Tayangan 'Ngariksa' adalah terobosan baru di era digital yang membuktikan kepada kita bahwa manuskrip kuno bisa dikaji dengan asyik, bahkan dinikmati oleh audiens milenial,” ujar Wapres dalam testimoni-nya secara virtual atas penayangan Ngariksa ke-75, Jumat malam, sebagaimana siaran pers yang diterima di Jakarta.
Tayangan Ngariksa merupakan salah satu kegiatan mengkaji kekayaan literasi nusantara yang disiarkan secara daring melalui media sosial.
Baca juga: Wapres imbau Ksarbumusi bergerak ke arah transformasi
Baca juga: Wapres harap insiden Gontor tak diskreditkan pesantren
Menurutnya, tokoh Nusantara tersebut sangat berjasa dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
“Syekh Yusuf al-Taj al-Makassari mengabdikan hidupnya untuk membantu Sultan Ageng Tirtayasa di Kesultanan Banten dalam melawan penjajahan Belanda. Pengorbanannya untuk Kesultanan Banten ini mengakibatkan dirinya diasingkan ke Sri Lanka, dan kemudian ke Afrika Selatan hingga akhir hayatnya,” jelas Wapres.
Wapres menambahkan, kitab Zubdatul Asrar ini merupakan penghormatan atas kemuliaan penguasa Kesultanan Banten masa itu, yakni Sultan Ageng Tirtayasa dan menjadi sebuah nilai saling menghargai yang patut dicontoh masyarakat.
Baca juga: Wapres minta sinergitas pemerintah pusat-daerah soal pusat halal dunia
"Bagi masyarakat Banten khususnya, kitab ini sangat penting. Ini cerminan betapa sejak dulu, ulama dan umara saling menghargai, saling menasihati, dan saling bekerja sama demi rakyatnya,” tuturnya.
Wapres pun berharap kegiatan serupa dapat terus berlanjut, guna mengkaji lebih banyak lagi karya-karya cendekiawan Nusantara agar nila-nilai yang diwariskan dapat terus hidup di tengah masyarakat modern saat ini.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2022