Yerusalem (ANTARA) - Sekitar 20 pasang mata raksasa baru-baru ini muncul di dinding rumah-rumah di Silwan, sebuah desa di sebelah selatan Kota Tua Yerusalem, menatap kota itu seolah mencoba menceritakan kisah mereka.

Mural mata ini merupakan bagian dari proyek seni bertajuk "I Witness Silwan" yang dimulai pada 2016, ketika desa itu terus menerima berbagai perintah pembongkaran dan penggusuran rumah dari pemerintah Israel, kata Zuheir Rajabi, kepala Komite Komunitas Batan Al-Hawa di Silwan, kepada Xinhua.

Sekitar 20 mural mata di Silwan dilukis oleh para sukarelawan dari Palestina, Amerika Serikat, dan Israel, menggambarkan mata para penduduk desa yang dipaksa angkat kaki dari rumah mereka serta warga Palestina yang tewas dalam serangan militer Israel.

Para penduduk desa telah mengambil sejumlah langkah hukum selama bertahun-tahun untuk melindungi hak-hak mereka, tetapi banyak rumah terus dihancurkan atau digusur oleh otoritas Israel. Menghadapi kenyataan yang kejam tersebut, mereka berbalik untuk mengekspresikan suara dan tuntutan mereka melalui seni.

"Kami melukis mata untuk menyampaikan pesan dan emosi bahwa kami berhak tinggal di sini," kata Rajabi.

Rajabi juga diancam akan digusur, setelah para pemukim Yahudi mencoba mengambil alih rumah tempat keluarganya tinggal selama lebih dari 50 tahun, yang kontrak pembeliannya ditandatangani pada 1966 silam.

Sekitar 20 mural mata di Silwan dilukis oleh para sukarelawan dari Palestina, Amerika Serikat, dan Israel, menggambarkan mata para penduduk desa yang dipaksa angkat kaki dari rumah mereka serta warga Palestina yang tewas dalam serangan militer Israel. Proyek membuat lukisan di Silwan terus berlanjut.

Selain mata, para seniman juga melukis burung dan bunga untuk mempercantik permukiman tersebut.

"Kami berharap lukisan-lukisan ini dapat memberikan kenyamanan dan kesenangan bagi penduduk desa, dan meringankan tekanan psikologis mereka," ujar Rajabi, seraya menyatakan bahwa tindak kekerasan dan penangkapan oleh otoritas Israel kerap terjadi di desa itu.

Jenan Maswadeh, manajer material untuk "I Witness Silwan" yang juga seorang seniman, mengatakan kepada Xinhua bahwa dia memilih menggunakan seni untuk mengekspresikan tuntutan mereka karena seni adalah bahasa yang dapat dipahami semua orang.

Dengan melukis mural mata, dia memberi tahu para pemukim Yahudi di Silwan bahwa banyak mata yang mengawasi mereka dan menyaksikan semua tindakan mereka, tutur Maswadeh.

"Kami ingin hidup damai dan kami ingin anak-anak kami tumbuh dengan damai dan bahagia," ujar Rajabi, sembari menambahkan "ini adalah pesan yang ingin diungkapkan oleh mural-mural tersebut kepada dunia."

Proyek membuat lukisan di Silwan terus berlanjut

Penerjemah: Xinhua
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022