Setara dengan 29 juta mobil di jalan raya selama setahun
Jakarta (ANTARA) - Riset yang dilakukan oleh World Animal Protection menemukan bahwa industri peternakan ayam dan babi memiliki dampak terhadap perubahan iklim akibat peningkatan produksi dan perluasan lahan peternakan.

Dalam keterangan tertulis World Animal Protection Indonesia yang diterima di Jakarta, Jumat, Manajer Kampanye World Animal Protection Indonesia Rully Prayoga menjelaskan bahwa kajian menganalisis dampak lingkungan dari industri peternakan ayam dan babi di Amerika Serikat, Belanda, Brasil dan China menemukan kaitan antara industri tersebut dengan perubahan iklim.

"Studi ini menemukan bahwa emisi dari daging ayam di Brasil, China , Belanda, dan AS setara dengan 29 juta mobil di jalan raya selama setahun," kata Rully mengutip hasil laporan WAP.

Kondisi tersebut, menurut Rully, menempatkan pencapaian tujuan Perjanjian Iklim Paris dan masa depan Bumi yang aman dari krisis iklim berada di luar jangkauan.

Baca juga: WMO: Gelombang panas perburuk kualitas udara

Baca juga: KLHK: Anggota G20 berkomitmen perkuat adaptasi perubahan iklim


Ia mengatakan bahwa selama ini fokus lebih banyak diberikan kepada peternakan sapi sebagai faktor penyumbang perubahan iklim dari metana yang dihasilkan dari pencernaan dan kotorannya.

Kajian yang dilakukan oleh WAP menemukan bahwa lahan peternakan yang dibuka berada di titik panas keanekaragaman hayati untuk bercocok tanam guna memberi makan hewan ternak yang melepaskan karbon ke atmosfer dan merusak habitat hewan liar.

Deforestasi untuk menanam tanaman pakan ternak, terutama kedelai, untuk perdagangan global menggandakan dampak perubahan iklim secara keseluruhan.

Pengurangan 50 persen konsumsi daging ayam dan babi pada tahun 2040, bersama dengan adopsi 50 persen produk kesejahteraan hewan yang lebih tinggi akan mengurangi separuh dampak iklim tahunan.

Terkait hal itu, WAP menyerukan agar pemerintah di berbagai belahan dunia mempertimbangkan ulang terkait izin baru pembangunan industri peternakan, peralihan ke sistem pangan yang lebih manusiawi dan berkelanjutan serta pengurangan konsumsi daging oleh konsumen.

Baca juga: KLHK: Anggota G20 apresiasi RI dorong inisiatif aksi berbasis laut

Baca juga: Menteri LHK sebut banyak negara G20 dukung kebijakan iklim Indonesia

 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022