Jakarta (ANTARA) - PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk optimistis bisa mencapai target-target bisnis yang telah ditetapkan untuk tahun ini meski di tengah gejolak ekonomi baik domestik maupun global.

Direktur Risk Management Bank BTN Setiyo Wibowo mengatakan perseroan telah melakukan berbagai langkah mitigasi, termasuk mengantisipasi kenaikan suku bunga Federal Reserve (Fed) dan juga kenaikan harga BBM.

"Kami telah melakukan berbagai strategi mitigasi berupa efisiensi dan penyaluran kredit yang prudent sehingga kinerja kami on-track dan sampai akhir tahun tidak ada perubahan Rencana Bisnis Bank," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Jumat.

Setiyo menyampaikan perseroan juga telah melakukan perbaikan proses bisnis dan menerapkan strategi segmentasi konsumen yang lebih baik. Selain itu emiten berkode saham BBTN itu memperbaiki dari sisi biaya dana (Cost of Fund/CoF).

"Dalam satu tahun terakhir Bank BTN telah menurunkan CoF sekitar 120 basis poin sehingga ini memperbaiki penawaran bunga ke nasabah kami," katanya.

Baca juga: Bank BTN raup laba bersih Rp2,37 triliun sepanjang 2021

Bank BTN juga masih optimistis memandang pertumbuhan ekonomi ke depan, terutama di tengah penanganan pandemi yang semakin terkendali. Menurutnya, kebutuhan masyarakat terhadap rumah pun masih terus menunjukkan peningkatan.

"Kami perkirakan dengan ekonomi dan pandemi yang terkendali serta membaik, serta beberapa sektor telah kembali normal, maka kredit akan tetap sesuai target awal akan tumbuh di kisaran 9-10 persen," ujar Setiyo.

Hingga Mei 2022 BTN memperoleh laba bersih Rp1,06 triliun per Mei 2022, naik 47 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp716,44 miliar dengan penyumbang terbesar kenaikan dari pendapatan bunga bersih Rp5,9 triliun per Mei 2022 atau naik 25,95 persen (yoy) dari Rp4,68 triliun pada bulan yang sama tahun lalu.

Sementara peningkatan pendapatan bunga bersih ditopang beban bunga yang sukses ditekan turun sebesar 28,95 persen (yoy ) dari Rp5,8 triliun pada Mei 2021 menjadi Rp4,12 triliun di Mei 2022.

Aset bank spesialis pembiayaan perumahan itu mencapai Rp374,27 triliun atau naik 4,25 persen (yoy) dari Rp359 triliun. Kenaikan tersebut didorong posisi kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang meningkat masing-masing sebesar 6,33 persen (yoy) dan 7,56 persen (yoy).

Baca juga: Erick ingin BTN jadi "best morgage bank" di Asia Tenggara pada 2025

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022