"BI telah meminta kami mengadakan workshop untuk mengetahui seperti apa sebenarnya industri TPT sekarang ini. Mereka ingin tahu lebih detail karena sampai sekarang masih banyak pertanyaan dari kalangan perbankan," kata Anshari.

Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 1.109 industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional mengajukan kredit restrukturisasi mesin produksi dengan total dana yang dibutuhkan mencapai sekitar 394 juta dolar AS. "Kami melakukan survei terhadap 6.000 perusahaan TPT, namun yang mengajukan kredit sebanyak 1.109 perusahaan," kata Dirjen Industri Logam Mesin Elektronika dan Aneka (ILMTA) Deperin Anshari Bukhari, di Jakarta, Minggu. Deperin sendiri, lanjut dia, membuat kriteria terhadap industri yang bisa mengajukan kredit restrukturisasi itu, yaitu industri yang mesinnya berusia di atas 20 tahun dan pemanfataan kapasitas produksinya (utilisasi) di atas 50 persen. Menurut Anshari, penetapan kriteria itu merupakan tindak lanjut dari kerjasama Deperin dan Bank Indonesia (BI) untuk membantu dan mendorong perbankan nasional mengucurkan kredit bagi restrukturisasi mesin industri TPT yang sudah sangat mendesak, agar industri itu bisa bersaing di pasar domestik maupun global. "BI telah meminta kami mengadakan workshop untuk mengetahui seperti apa sebenarnya industri TPT sekarang ini. Mereka ingin tahu lebih detail karena sampai sekarang masih banyak pertanyaan dari kalangan perbankan," katanya. Lebih jauh Anshari mengatakan potensi industri TPT nasional masih sangat besar untuk meraih pasar ekspor yang lebih tinggi. Ia mencontohkan bila memang benar Amerika Serikat (AS) membatasi impor TPT dari Cina, maka TPT Indonesia memiliki peluang peningkatan ekspor lebih dari satu miliar dolar AS ke negara tujuan utama ekspor TPT nasional itu. Ia juga menceritakan penilaian pengusaha tekstil berkebangsaan India -- yang datang ke kantornya -- mengenai industri TPT Indonesia. "Mereka bilang ekspor TPT Indonesia bisa mencapai 20 miliar AS pada 2010. Padahal Deperin saja menargerkan ekspor sebesar 14 miliar dolar AS pada 2009," katanya. Menurut Anshari, hal itu dikemukakan pengusaha India karena ia yakin akan potensi industri TPT nasional. Menurut pengusaha India itu, kata dia, Indonesia bisa meraih ekspor 20 miliar dolar AS pada 2010 bila industri TPTnya fokus pada jenis TPT tertentu yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. "Indonesia memproduksi 2,5 juta ton TPT tapi ekspornya hanya sekitar 8,6 miliar dolar AS. Bandingkan dengan India yang produksi TPTnya mencapai 3,5 juta ton, tapi ekspornya bisa mencapai 38miliar dolar AS. Hal itu karena India memproduksi TPT yang punya nilai tambah tinggi," katanya. Pada 2005 ekspor TPT nasional diperkirakan mendekati angka delapan miliar dolar AS atau naik dibandingkan 2004 yang mencapai 7,6 miliar dolar AS. Tahun 2006 Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) memproyeksikan ekspor TPT nasional sebesar 8,35 miliar dolar AS.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006