Jakarta (ANTARA) - Bunyi "tudum!" yang khas selalu terdengar di awal tontonan dalam Netflix yang disertai dengan tampilan logo platform tersebut. Netflix mengungkapkan fakta di balik pembuatan suara khas tersebut.
“Tudum” pertama kali diperkenalkan pada tahun 2015
Wakil Presiden Desain Netflix Steve Johnson dalam siaran resmi, Kamis, mengatakan sebelumnya berbagai studio sudah lebih dikenal publik lewat logo khas, seperti lambang bola dunia Universal Pictures hingga pola statis HBO.
“Maka kami ingin menciptakan sesuatu yang spesial untuk Netflix hingga menghabiskan waktu satu tahun mengembangkan sebuah bunyi sebagai penanda bagi penonton di seluruh dunia bahwa sesaat lagi mereka akan menyaksikan kisah yang luar biasa di rumah masing-masing," kata Johnson.
Pengembangan bunyi “tudum” dipimpin oleh Todd Yellin, Wakil Presiden Produk Netflix dan dibuat setelah menghabiskan masa satu tahun untuk percobaan.
Peran tim produk Netflix meliputi platform tempat tayangnya konten dan mereka bertanggung jawab mencari cara-cara yang inovatif dan kreatif untuk menerjemahkan berbagai serial dan film favorit penonton menjadi pengalaman yang seru, misalnya ikon yang dapat disesuaikan maupun desain navigasi.
Baca juga: Netflix tak akan sertakan iklan pada program anak-anak
Baca juga: Paket Netflix dengan iklan tak akan hadirkan opsi tonton "offline"
Menghasilkan bunyi unik yang mudah diingat
“Bunyi yang dihasilkan harus bisa melukiskan begitu banyak hal dalam waktu yang amat singkat. Penonton yang sedang menonton secara ‘maraton’ pasti tak ingin berlama-lama melihat logo Netflix di awal setiap episode," jelas Johnson.
Oleh karena itu, bunyi yang dibuat sederhana dan singkat, tapi mudah diingat. Netflix banyak berdiskusi dengan sound designer dan komposer di seluruh dunia dalam mencari bunyi yang sempurna.
Netflix ingin menciptakan bunyi yang menggugah dan emosional. Yang dituju adalah perasaan hanyut dalam dunia film, bukan sekadar teknologi streaming.
"Kami bekerja sama dengan sound designer pemenang Academy Awards Lon Bender dalam menciptakan bunyi yang di kemudian hari dikenal sebagai 'tudum'," kata dia.
Suara kambing mengembik hampir jadi bunyi khas Netflix
Johnson menuturkan diskusi soal bunyi melibatkan banyak pilihan, termasuk bunyi membuka pintu, kotak musik, instrumen musik yang tak biasa, sampai bebunyian dari dunia film di masa lampau.
"Pada satu titik ada masanya dengan sangat serius kami mempertimbangkan apakah suara kambing dapat menjadi bunyi yang pas untuk Netflix, sebagaimana MGM dikenal dengan auman sang singa," ungkap dia.
Namun pilihan suara kambing akhirnya gagal. Netflix menawarkan lima pilihan kepada ribuan orang dan hanya ada satu bunyi yang membawa benak orang-orang ke ranah drama dan film: bunyi “tudum”.
Bagaimana cara Netflix membuat bunyi "tudum"?
Suara “tudum” mencakup berbagai bunyi lain, antara lain benturan cincin kawin Lon Bender ke sisi lemari di kamar tidur. "Tudum" juga dibuat dari bunyi landasan besi dengan efek lambat dan dua pukulan yang diredam. Sementara itu, bunyi indah di ujung “tudum” dijuluki “The Blossom” dan diciptakan dengan gitar oleh sound designer ternama Charlie Campagna.
Dalam sesi percobaan, orang-orang mengasosiasikan bunyi “tudum” dengan “dramatis”, “menarik”, “sebuah awal”, “bagus”, “singkat”, dan salah satu kata kunci, yaitu “film”. Respons ini membuat Todd dan seluruh tim yakin bahwa mereka telah menemukan bunyi yang tepat, jelas Johnson.
Netflix akan mengadakan acara "Tudum" yang hadir secara virtual selama 24 jam pada 24 September. Acara ini diadakan untuk pertama kalinya tahun lalu dan berhasil mencatat sebanyak 25 juta view di 184 negara, acara ini akan menampilkan berbagai pengumuman eksklusif, cuplikan yang belum pernah dirilis, trailer, foto-foto terbaru, serta wawancara dengan para kreator dan bintang Netflix.
Baca juga: Gugatan pencemaran nama baik di "Queen's Gambit" capai kesepakatan
Baca juga: AS hingga Jepang ajukan adaptasi drama "Extraordinary Attorney Woo"
Baca juga: Joko Anwar : Film Indonesia bisa mendunia asal ceritanya universal
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022