Denpasar (ANTARA News) - Sejumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Pulau Bali tampak tidak terpengaruh dengan anjuran untuk tidak bepergian (travel advisory) ke Indonesia yang dikeluarkan oleh Pemerintah Australia dan Amerika Serikat. "Saya tahu ada anjuran itu, tetapi saya merasa di Bali tidak ada sesuatu yang harus dikhawatirkan," kata Robert Dunn, salah seorang wisman asal Inggris, di Kuta, Minggu. Dari pantauan ANTARA di sejumlah tempat favorit para wisman seperti Legian, Seminyak, dan Kuta, para wisman terlihat tidak mempunyai rasa khawatir terhadap kemungkinan terjadinya serangan teroris seperti yang diperingatkan Australia dan Amerika Serikat. Para turis bahkan terlihat dengan santai berbelanja atau sekedar melihat-lihat berbagai barang kerajinan, menikmati keindahan pantai, duduk-duduk menikmati makanan atau minuman di cafe dan restoran, atau sekedar berjalan kaki keliling lokasi wisata. Sejumlah turis dari berbagai negara terlihat pula sangat menikmati keindahan Bali dan tidak ada rasa takut untuk bepergian, meskipun tidak nampak mencolok ada aparat kepolisian yang mengawasi kawasan wisata tersebut. Bahkan beberapa wisman tampak mengabadikan diri dengan berfoto di tugu peringatan ledakan bom Bali tahun 2002. Meskipun masih ada beberapa toko yang tutup sehubungan dengan hari raya Nyepi, para wisman terlihat sangat menikmati keindahan aneka barang kerajinan yang dipajang sejumlah toko yang sudah membuka usahanya. Cuaca yang panas setelah beberapa hari sebelumnya Bali disiram hujan tiada henti, menjadikan para wisman tampak berkeinginan untuk bepergian keluar hotel sebelum hujan kembali turun. Menurut Dunn, peringatan seperti itu sudah sering di dengar, namun selama ini dirinya merasa yakin bahwa Pemerintah Indonesia mampu menangani masalah terorisme. "Terorisme itu terjadi dimana-mana. Bukan hanya terjadi di Indonesia saja," katanya. Pemerintah Australia dan Kedutaan Besar AS memperingatkan warganya di Indonesia akan adanya kemungkinan serangan dari teroris terhadap orang asing dan kepentingan Barat di Indonesia. Keterangan tertulis dari Kedubes AS di Jakarta, menyebutkan terhitung mulai Jumat (31/3) yang dinyatakan bahwa waktu potensial dari serangan tersebut pada Minggu, 2 April 2006, pada tempat dan waktu yang tidak dapat diperkirakan di seluruh Indonesia. Tempat-tempat yang mungkin untuk diserang yang umumnya didatangi oleh orang asing dan dikenali milik warga Amerika atau warga Barat lainnya atau untuk bisnis di Indonesia. Pihak Kedubes AS mengingatkan bahwa serangan juga dapat dilakukan terhadap warga Amerika secara individu. Pemerintah Australia Jumat (31/3) kembali mengeluarkan 'travel advisory' ke Indonesia, yang antara lain menyebutkan ada kemungkinan serangan teroris terhadap kepentingan Barat di Indonesia. `'Travel advisory' yang diperbaharui itu mulai berlaku terhitung tanggal 1 April 2006. Australia telah secara periodik mengeluarkan 'travel advisory'terhadap Indonesia sejak Oktober 2002. Sementara Pemerintah Indonesia menganggap 'travel warning' (peringatan tidak bepergian) yang dikeluarkan oleh Australia sebagai hal yang tidak perlu dengan argumentasi bahwa selama ini Indonesia terus memerangi terorisme. (*)

Copyright © ANTARA 2006