Jakarta (ANTARA) - Para pencetus Hari Buruh pada akhir 1800-an memiliki gambaran yang sangat berbeda dengan yang terjadi hari ini, mereka mengharapkan dua hal: sebuah sarana untuk menyatukan serikat-serikat pekerja dan pengurangan jam kerja, menurut laporan stasiun televisi lokal Amerika Serikat (AS) ABC10 pada Senin (5/9).
"Saat ini Hari Buruh bukan lagi tentang serikat pekerja yang turun ke jalan dengan membawa spanduk dan peralatan kerja mereka. Sebaliknya, ini adalah sebuah hari libur yang membingungkan tanpa ritual yang berhubungan," kata laporan itu.
Hari libur itu awalnya dimaksudkan untuk mengatasi masalah jam kerja yang panjang dan tidak ada waktu istirahat. Meskipun perjuangan atas isu ini tampaknya telah dimenangkan sejak lama, isu ini mulai muncul kembali dengan kondisi yang lebih buruk, bukan bagi para pekerja manufaktur melainkan bagi para pekerja kerah putih sangat terampil, menurut ABC10.
Sementara itu, "umumnya terjadi miskonsepsi bahwa karena Hari Buruh merupakan hari libur nasional, maka semua orang mendapat libur. Ini sama sekali tidak benar," kata stasiun televisi tersebut.
"Mengumumkan hari libur resmi tidak terlalu berarti, karena hari libur resmi tidak mengharuskan pengusaha swasta dan bahkan beberapa lembaga pemerintah untuk memberikan libur kepada karyawan mereka," imbuhnya.
Pewarta: Xinhua
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2022