Yeosu (ANTARA News) - Indonesia mentargetkan perdagangan dengan Korea Selatan (Korsel) mencapai 50 miliar dolar AS, nilai perdagangan tersebut dinilai optimistik karena akhir tahun 2011 perdagangan kedua negara telah mencapai 30,8 miliar dolar AS.
"Target tersebut dikemukakan saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono datang ke Korea Selatan dalam rangka konferensi mengenai nuklir. Bahkan tahun 2020, targetnya sebesar 100 miliar dolar AS," kata Dubes RI untuk Korsel, Nick T Dammen, disela kunjungannya ke anjungan Indonesia di Expo Yeosu Korea 2012, Minggu.
Anjungan Indonesia bertemakan "Wonderful Indonesia: Sustaining Tropical Diversity" tampil di Expo Yeosu Korea 2012, suatu pameran maritim dan kelautan terbesar pertama kali diadakan di Korsel. Expo itu digelar di kota Yeosu, salah satu kota pelabuhan di Korsel, yang diikuti 160 negara berlangsung selama 3 bulan hingga 12 Agustus 2012.
Menurut Dubes, saat dia datang sebagai Dubes awal tahun 2009, perdagangan Indonesia-Korsel anjlok hingga di bawah 15 miliar dolar AS akibat krisis moneter dunia, terutama di Amerika dan Eropa. Namun kini sudah pulih lagi di mana nilai perdagangan kedua negara mencapai 23 miliar AS tahun 2010 dan mencapai 30,8 miliar dolar AS tahun 2011.
Indonesia, menurut Nick Dammen, menduduki posisi ke tujuh perdagangan terbesar dengan Korsel. Ini merupakan posisi yang sangat diperhitungkan, bahkan dapat meningkat lagi jika dilihat dari berbagai kontrak perdagangan dan investasi di sektor baja, karet, dan perdagangan ritel yang mencapai puluhan miliar dolar AS.
Ekspor Indonesia ke Korsel sebagian besar energi yakni minyak dan gas, kayu olahan dan produk perikanan, sedangkan ekspor negeri ginseng itu ke nusantara adalah barang elektronik dan mobil.
"Walaupun Indonesia selalu surplus di atas empat miliar dolar AS, namun ekspor Indonesia masih berupa bahan baku alam seperti Migas, batubara, produk kayu dan perikanan. Suatu saat sumber alam ini akan habis sedangkan, kebutuhan elektronik akan semakin membuat manusia tergantung. Ini yang membuat posisi ekspor Indonesia berbahaya pada masa mendatang jika hanya andalkan sumber daya alam saja," kata Dubes.
Perdagangan kedua negara ini berpotensi meningkat setelah beberapa penandatangan kontrak investasi perusahaan baja Korea Selatan, Pohang Iron and Steel Corp (POSCO), dengan PT Krakatau Steel senilai Rp60 triliun, kontrak investasi perusahaan ban Korsel Hankook Tire di Indonesia sebesar Rp10 triliun, kontrak investasi dengan Lotte Group sebesar 5,5 miliar dolar AS, dan POSCO membuat kontrak investasi lagi di Indonesia bagian Timur sebesar 6 miliar dolar AS.
"Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus segera merealisasikan semua kontrak investasi tersebut karena hubungan baiknya dengan Presiden Korsel saat ini Lee Myung-Bak, di mana masa tugasnya akan berakhir Februari 2013 nanti," kata Dubes RI untuk Korsel itu.
Anjungan Indonesia
Sementara itu, Sekjen Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Gellwynn Jusuf mengatakan, keikutsertaan Indonesia dalam expo di Yeosu ini menampilkan pentingnya sejarah laut dan pesisir Indonesia dalam sejarah dunia melalui kekayaan budaya dan tradisinya. Sekitar 8 juta yang ditargetkan mengunjungi expo itu akan dikenalkan pada sejarah laut, warisan dan kekayaan budaya Indonesia.
"Kami menunjukan bahwa laut Indonesia memiliki sejarah panjang sebagai lalu lintas perdagangan dunia dan kapal mancanegara," kata Gellwynn.
Beberapa benda bersejarah hasil penemuan di dasar laut ikut dipamerkan. Hasil olahan laut seperti kerang dan mutiara, replika komodo dan film mengenai keindahan laut Indonesia di Wakatobi, Lembeh, Bunaken, Papua menjadi tontonan menarik para pengunjung anjungan Wonderful Indonesia.
(A029)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012