Baghdad (ANTARA News) - Sandera AS yang dibebaskan, Jill Carroll, hari Sabtu tiba di Jerman dalam perjalanan pulang ke Amerika Serikat setelah para pemimpin Irak bertemu untuk menyelesaikan perselisihan Suni-Syiah soal portfolio keamanan dalam pemerintahan Irak yang baru. Setelah hampir tiga bulan disandera, Carroll, yang dibebaskan penculiknya hari Kamis, terbang dari Baghdad ke pangkalan angkatan udara AS Ramstein, Jerman. Kapten Beverly Mock dari Komando Eropa Amerika Serikat (EUCOM) di pangkalan Ramstein menegaskan bahwa Carroll Sabtu sore itu juga menuju Amerika Serikat. Carroll, wartawati lepas berusia 28 tahun, ditangkap di Baghdad 7 Januari lalu, sementara penerjemahnya ditembak mati. Wartawati AS itu dibebaskan hari Kamis dan dilepas dekat kantor Partai Islam Irak di Baghdad. Namun beberapa jam setelah pembebasannya, tayangan video yang dikirim lewat website Islamis memperlihatkan Carroll memuji para pejuang Irak dan bahkan memprediksi bahwa kelompok bersenjatan anti-pemerintah akan mengalahkan pasukan AS. Dalam tayangan itu Carroll mengatakan bahwa dibanding dengan tentara AS yang memiliki teknologi dan orang-orang di Irak, kelompok bersenjata anti-pemerintah lebih mengetahui hidup dan bekerja di negeri itu. "Mereka lebih pintar," tambah Carrol saat menjawab pertanyaan, yang tampaknya dilontarkan menjelang pembebasannya. Ditanya apa yang ia maksudkan, Carroll mengatakan: "Yang jelas mujahidin merupakan pihak yang pada akhirnya akan menang." Saat mendukung Carroll, ayahnya, Jim, mengatakan bahwa video yang bersifat propaganda itu merupakan syarat bagi pembebasan anaknya. Ia mengatakan kepada Christian Science Monitor, perusahaan media tempat Carrol bekerja di Irak, bahwa para penculik "sebenarnya menginginkan nilai propaganda penuh di Amerika Serikat." Setelah mendengarkan mereka selama tiga bulan Carrol menyadari benar keinginan mereka untuk mengetahui pendapatnya (Carroll) sehingga ia memberikan sikap yang pantas kepada kelompok itu untuk terlihat meyakinkan," ujar Jim. Setelah pembebasannya, Carroll mengatakan ia diperlakukan baik oleh penculiknya namun selama penyekapan 82 hari ia dipisahkan dengan ketat "antara ruang saya dan kamr mandi." Carrol merupakan di antara 39 wartawan dan asisten media yang diculik sejak awal konflik Irak tiga tahun lalu, menurut pengawas media Reporters Without Borders. Hampir 450 orang asing kini disekap di Irak. Sementara itu, para pemimpin Irak sibuk memecahkan perselisihan antara pemimpin Syiah dan Suni tentang siapa yanga akan mengawasi portfolia keamanan dalam pemerintahan mendatang. Belum Mampu Kendati ada pembicaraan yang berlangsung beberapa pekan, yang sering ditangguhkan selama beberapa hari, para pemimpin di Irak belum mampu menemukan penyelesaian. Tim khusus beranggotakan enam pemimpin -- dua masing-masing dari aliansi Syiah, Suni dan Kurdi -- terbentuk untuk memecahkan masalah itu. "Tim kini sedang mengadakan pertemuan dan akan menawarkan penyelesaian bersama yang kemudian akan dibahas dalam pertemuan lebih besar Sabtu sore," kata seorang pejabat utama pemerintah Irak kepada kantor berita AFP. Syiah yang dominan menginginkan keamanan di bawah tanggung-jawab perdana menteri, sementara Suni yang minoritas menuntut jabatan itu juga berada di bawah kekuasaan wakil perdana menteri. Jalan buntu tersebut muncul ketika terjadi kemunduran paling akhir dalam pembicaraan soal pembentukan kabinet bersama selama tiga bulan setelah pemilihan bulan Desember. Friksi yang melebar antara tiga faksi politik itu akibat penentangan keras dari kelompok Suni dan Kurdi terhadap pencalonan PM Ibrahim Jaafari, yang warga Syiah, sebagai perdana menteri mendatang. Penangguhan itu membuat tegang hubungan antara Syiah dan pihak berwenang AS. Pihak keamanan Amerika Serikat melihat pemerintahan yang bersatu sebagai cara utama bagi penarikan pasukan AS dari Irak. Friksi yang semakin keras itu membuat banyak pemimpin Syiah dan bahkan ulamanya menyerukan pemecatan duta besar AS untuk Baghdad, Zalmay Khalilzad, yang digambarkan oleh sebagai orang yang memihak Suni. Sementara itu, hari Sabtu polisi Irak menyelamatkan remaja dari penculikannya selama beberapa jam di kota Iskandiriyah, sementara dua warga sipil terluka akibat terkena bom pinggir jalan di Baghdad, kata pejabat keamanan. Militer AS mengatakan dua pria dan satu wanita tewas akibat terkena serangan udara terhadap tempat persembunyian kelompok anti-pemerintah di propinsi barat Al-Anbar hari Sabtu, sementara tiga gerilyawan lainnya berhasil ditangkap. Di utara kota Basra, pasukan Inggris dan tentara Irak menahan 14 gerilyawan Irak selama serbuan Sabtu pagi, demikian AFP.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006