Malang (ANTARA) - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan ada beberapa masalah potensial yang akan mengancam kehidupan bangsa, di antaranya pembelahan politik dan ideologi.
"Dari pemilu ke pemilu seharusnya dapat mendewasakan masyarakat agar tidak terjadi perpecahan. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa pemilu selalu melahirkan perpecahan baru," kata Haedar Nashir saat acara konsolidasi kebangsaan Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), seperti dikutip dalam rilis yang diterima di Malang, Jawa Timur, Rabu.
Permasalahan lainnya atau kedua, kata Haedar, ada golongan orang yang menginginkan kekuasaan. Dalam hal ini, pembangkitan primordialisme atau keinginan menjunjung tinggi ikatan sosial.
"Persoalan ketiga yang mengancam kehidupan bangsa adalah bias dalam memproyeksikan ideologi kebangsaan. Beberapa kelompok kecil masyarakat yang tidak puas akan sistem kebangsaan mencoba untuk membuat idealisme sendiri dengan menggunakan Islam sebagai landasannya," tutur Haedar.
Kondisi tersebut, lanjut Haedar, bisa menjadi sebuah ancaman bagi ideologi bangsa dan melahirkan suatu perpecahan. Oleh karenanya, pemahaman terhadap konsep Pancasila harus benar-benar ditanamkan.
Baca juga: Mengencangkan ikatan kebangsaan lewat NU dan Muhammadiyah
Baca juga: PP Muhammadiyah beri dukungan untuk pelaksanaan forum R20 PBNU
Namun demikian, kata Haedar, di usia yang ke-77 kemerdekaannya, Indonesia telah mengalami berbagai kemajuan. Namun, masih ada banyak tantangan yang menanti di depan. Oleh karenanya, peranan kaum muda dalam memajukan bangsa Indonesia sangat dibutuhkan.
Pada kesempatan konsolidasi tersebut, Haedar juga berpesan agar AMM bergaul dengan berbagai macam orang. Hal ini akan membuka pandangan-pandangan baru yang belum pernah mereka temui. Selain itu, kaum muda juga harus cepat tanggap terhadap perkembangan iptek terbaru, karena akan menjadi instrumen penting dalam kemajuan Muhammadiyah ke depan.
“Jangan menjadi orang yang eksklusif, kita harus menjadi orang yang inklusif. Meskipun inklusif, kita juga harus memiliki pendirian yang kokoh dan pandangan-pandangan yang berkemajuan. Berkolaborasi dan saling belajar dari kesalahan satu sama lain, juga menjadi hal yang penting. Saya percaya, di tangan anak-anak muda, Muhammadiyah dan bangsa akan memperoleh masa yang berkemajuan," ujar Haedar.
Sementara itu perwakilan AMM, Diyah Puspitarini, menjelaskan bahwa konsolidasi AMM dilaksanakan untuk menampung gagasan dan sumber pikiran dari kader muda Muhammadiyah.
"Dalam agenda ini, saya harap narasumber dapat memberikan buah pikiran-nya, sehingga mampu mendorong generasi muda Muhammadiyah menghasilkan ide dan inovasi cemerlang serta memberikan jalan keluar bagi persoalan bangsa," tutur Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah itu.
Sedangkan Rektor UMM Dr. Fauzan mengatakan bahwa konsolidasi ini penting untuk mengidentifikasi kekuatan dari berbagai perspektif. Konsolidasi ini juga berguna untuk menyamakan persepsi serta ideologi untuk pergerakan di masa depan.
"Banyak organisasi yang memiliki idealisme, tapi tidak memiliki konsolidasi di dalamnya. Ini membuat mereka tidak dapat sampai pada tujuan yang diharapkan. Oleh karenanya, kita harus tahu dan jeli dalam melihat masa depan agar konsolidasi dapat berjalan dengan tepat," imbuh Fauzan.
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2022