Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November menetap di 92,83 dolar AS per barel, kehilangan 2,91 dolar AS atau 3,0 persen
New York (ANTARA) - Harga minyak turun pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena kembalinya kekhawatiran tentang prospek kenaikan suku bunga lebih lanjut dan penguncian COVID-19 yang melemahkan permintaan bahan bakar, membalikkan reli dua hari yang didukung penurunan target produksi pertama OPEC+ sejak 2020.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November menetap di 92,83 dolar AS per barel, kehilangan 2,91 dolar AS atau 3,0 persen. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober turun dari perdagangan Senin (5/9/2022) menjadi ditutup di 86,88 dolar AS per barel, naik 1 sen dari penutupan Jumat (2/9/2022).
Harga acuan AS telah diperdagangkan sejak Minggu (4/9/2022) tanpa penyelesaian karena liburan Hari Buruh. Harga WTI turun lebih dari 2,0 persen dari waktu penyelesaian biasanya pada Senin (5/9/2022), data Refinitiv Eikon menunjukkan.
"Berita OPEC+ sekarang ada di pasar dan fokus sementara beralih ke kekhawatiran ekonomi dan inflasi di antaranya dua faktor yang relevan adalah perpanjangan penguncian COVID di China dan keputusan suku bunga ECB pada Kamis (8/9/2022)," kata Tamas Varga dari broker minyak PVM, dikutip dari Reuters.
China telah melonggarkan beberapa pembatasan COVID-19 tetapi memperpanjang penguncian di Chengdu, yang menambah kekhawatiran bahwa inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga akan memukul permintaan minyak. Bank Sentral Eropa (ECB) secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga tajam ketika bertemu pada Kamis (8/9/2022).
Dolar AS yang lebih kuat, yang naik sekitar 0,6 persen karena data industri jasa-jasa AS yang lebih baik dari perkiraan, juga memberi tekanan pada harga minyak.
Pembacaan aktivitas sektor jasa memberi harapan bahwa Federal Reserve akan terus menaikkan suku bunga, yang dapat memicu resesi dan menurunkan permintaan bahan bakar.
"Pada dasarnya, ini semua tentang pasokan yang ketat dan kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan," kata Phil Flynn, seorang analis di grup Price Futures di Chicago. "Ini telah menciptakan banyak ketidakpastian di pasar."
Di sisi penawaran, tanda-tanda bahwa kesepakatan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran dengan kekuatan dunia kurang menantang harga minyak mentah dengan mengurangi kemungkinan OPEC+ akan bergerak maju dengan rencana pengurangan produksinya, kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa mengatakan pada Senin (5/9/2022) bahwa dia kurang berharap tentang kebangkitan cepat dari kesepakatan itu.
"Anda mungkin tidak mendapatkan pengurangan produksi OPEC jika Iran tidak membawa barel ke pasar," kata Yawger.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, memutuskan pada Senin (5/9/2022) untuk memangkas target produksi Oktober mereka sebesar 100.000 barel per hari (bph). Harga naik pada Jumat (2/9/2022) menjelang pertemuan dan setelah keputusan.
Sebagai akibat dari libur Hari Buruh, laporan persediaan mingguan AS dari American Petroleum Institute (API) dan Badan Informasi Energi AS akan dirilis pada Rabu dan Kamis, sehari lebih lambat dari biasanya.
Baca juga: Rusia respon pembatasan harga minyak dengan kirim lebih banyak ke Asia
Baca juga: Minyak turun tipis karena pengurangan produksi OPEC+ simbolis
Baca juga: OPEC+ akan pangkas tipis output minyak pada Oktober 2022
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022