Kuala Lumpur (ANTARA) - Harga minyak melonjak lebih dari dua dolar per barel di sesi Asia pada Senin sore, memperpanjang kenaikannya karena investor mengamati kemungkinan langkah produsen OPEC+ akan memangkas produksi dan mendukung harga pada pertemuan mereka hari ini.

Minyak mentah berjangka Brent terangkat 2,42 dolar AS atau 2,6 persen, menjadi diperdagangkan di 95,44 dolar AS per barel pada pukul 06.41 GMT setelah menguat 0,7 persen pada Jumat (2/9/2022).

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan pada 88,92 dolar AS per barel, meningkat 2,05 dolar AS atau 2,4 persen, menyusul kenaikan 0,3 persen di sesi sebelumnya.

Pasar A.S ditutup untuk hari libur umum pada Senin.

Pada pertemuan mereka pada Senin, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, kemungkinan memutuskan untuk mempertahankan tingkat produksi saat ini atau bahkan memangkas produksi untuk meningkatkan harga, meskipun pasokan tetap ketat.

"OPEC+ kemungkinan besar akan menjaga produksi cukup ketat untuk mempertahankan harga minyak di tengah gangguan permintaan yang dipicu oleh penguncian baru di beberapa bagian China," kata Tina Teng, seorang analis di CMC Markets.

Rusia, produsen minyak terbesar kedua di dunia dan anggota utama OPEC+, tidak mendukung pengurangan produksi saat ini, dan kelompok itu kemungkinan akan menjaga produksinya tetap stabil ketika bertemu pada Senin, Wall Street Journal melaporkan pada Minggu (4/9/2022), mengutip pernyataan orang yang mengetahui masalah tersebut.

"Sementara kami memperkirakan kelompok untuk mempertahankan produksi tidak berubah, retorika mungkin bullish karena terlihat menahan penurunan harga baru-baru ini," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

Terlepas dari kemungkinan pengurangan produksi, Teng dari CMC menunjukkan bahwa risiko penurunan juga tetap ada, menyebutkan potensi ekspor dari Iran di tengah negosiasi kesepakatan nuklir yang sedang berlangsung dan kekhawatiran resesi sebagai dua risiko tersebut.

Harga minyak telah jatuh dalam tiga bulan terakhir, setelah menyentuh tertinggi multi-tahun pada Maret, di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga dan pembatasan COVID-19 di beberapa bagian China, importir minyak mentah utama dunia, dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan mendinginkan permintaan minyak.

Namun demikian, langkah-langkah penguncian di pusat teknologi selatan China di Shenzhen mereda pada Senin karena infeksi baru menunjukkan tanda-tanda stabil meskipun kota itu tetap dalam kewaspadaan tinggi.

Negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 Barat dengan Iran telah berlarut-larut meskipun kesepakatan dapat memungkinkan Teheran untuk meningkatkan ekspor dan meningkatkan pasokan global.

Gedung Putih pada Jumat (2/9/2022) menolak menghubungkan kesepakatan itu dengan penutupan penyelidikan oleh pengawas nuklir PBB, sehari setelah Iran membuka kembali masalah itu, menurut seorang diplomat Barat.

Baca juga: Emas melonjak 13,3 dolar, menghentikan kerugian lima hari beruntun
Baca juga: Penutupan pasokan gas Rusia seret euro menuju posisi terendah baru
Baca juga: Yuan tergelincir 81 basis poin menjadi 6,8998 terhadap dolar AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022