Bandung (ANTARA News) - Terpidana empat tahun penjara dalam perkara korupsi Dana Reboisasi Hutan Tanaman Industri (HTI), Probosutedjo, yang kini tengah menjalani hukuman di Lapas Sukamiskin Bandung, diam-diam tengah membangun industri garmen di balik jeruji Lapas tersebut. Dalam perbincangannya dengan sejumlah wartawan di LP Sukamiskin Bandung, Jumat, Direktur PT Hutan Menara Buana (MHB) itu mengatakan pihaknya merasa prihatin dengan kondisi para napi di Lapas Sukamiskin, sehingga membuat dirinya trenyuh untuk membantu para Napi tersebut. "Saya akui kondisi di Lapas Sukamiskin lebih baik dibadingkan saat saya menghuni di LP Cipinang Jakarta, namun saya prihatin melihat adanya modal usaha (berupa lahan dan mesin jahit) yang tampak terlantar. Untuk itu saya akan mengembangkan usaha di bidang garmen, apalagi di sini sudah tersedia sejumlah mesin jahit dan untuk mendapat bahan baku cukup mudah serta murah," katanya. Ia mengatakan, pertama kali dirinya pindah dari LP Cipinang dan menghuni Lapas Sukamiskin sebulan yang lalu, melihat banyak peluang usaha yang belum tergarap secara optimal. "Oleh karena itu naluri bisnis saya kembali muncul, semula saya ditawari berkebun, mengelola perpusatakaan, perbengkelan dan membuat prakarya lainnya. Namun saya lebih tertarik mengeluti bidang jahit menjahit," katanya. Menurut dia, meski dirinya hanya memahami sedikit soal jahit menjahit, namun prospek dan peluang usaha garmen ini cukup menjanjikan baik bagi penghuni Lapas maupun bagi institusi Lapas itu sendiri. "Untuk itulah saya mengucurkan modal usaha yang nilainya mencapai ratusan juta rupiah untuk membangun industri garmen itu," katanya. Probosutedjo yang ditemui wartawan usai Sholat Jumat masih mengenakan baju koko warna hijau muda dan celana panjang warna hitam serta berkopiah itu mengatakan, pada tahap awal, para napi yang mau dan tertarik jahit menjahit yang jumlah mencapai ratusan orang itu diberikan kursus singkat, kemudian mereka diminta untuk menjahit pakaian seragam Napi. "Untuk tahap pertama kami menjahit pakaian seragam untuk kebutuhan napi, namun nantinya mereka akan diminta untuk menjahit seragam sekolah dan seragam Pramuka dari mulai tingkat SD, SLTP hingga SMU," katanya dengan wajah berseri-seri. Dia berharap dengan upah menjahit Rp5.000 per Napi per hari, harga jual pakaian seragam sekolah tersebut bisa bersaing di pasaran, sehingga usaha ini bisa berkesinambungan dan bisa menghidupi para Napi lebih baik lagi. "Potensi usaha garmen di lingkungan Lapas Sukamiskin cukup besar, tinggal kita memenejnya saja. Saya yakin bisa berkembang pesat dan bisa bersaing dengan produk perusahaan lain," katanya. Dalam kesmepatan itu dia juga menyinggung soal aktivitas Napi lainnya, seperti Abdullah Puteh terpidana kasus korupsi dana pembelian helikopter asal Nanggroe Aceh Darussalam itu keseharinnya lebih tertarik menggelola perpustakaan, sedangkan H Ramli pengusaha agribisnis asal Sukabumi yang tersandung perkara penipuan investornya itu masih tetap menggeluti bidang perkebunan. Probosutedjo mengaku "betah" tinggal di Lapas Sukamiskin dibandingkan dengan di LP Cipinang. "Penghuni dan petugas LP Sukamiskin ramah-ramah. Selain itu kondisi bangunan Lapas buatan Belanda itu `cukup nyaman`. Saya bisa hidup lebih sehat dibandingkan di LP Cipinang," kata penggemar jogging itu. Ia mengatakan, dari segi makanan tidak ada masalah, begitu juga soal sosialisasi dengan para napi lainnya tidak menemui masalah. "Saya tinggal sendirian dalam satu sel yang letaknya berdampingan dengan sel yang pernah dihuni Ir Soekarno Proklamator RI yang juga Presiden RI pertama," katanya sedikit berbangga. Namun demikian, ia mengaku, di selnya seringkali diganggu oleh nyamuk dan semut yang menggerayanginya saat dirinya tengah tidur lelap. "Secara umum Lapas Sukamiskin lebih mendingan dari Lapas Cipinang," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006