Tahun 2022 membawa sejumlah kenyataan pahit tentang perubahan iklim bagi Pakistan,
Karachi (ANTARA) - Korban jiwa akibat banjir mematikan di Pakistan pada Sabtu bertambah 57 orang, 25 di antaranya anak-anak, ketika negara itu terus melakukan operasi bantuan dan penyelamatan.
Sebuah lembaga tingkat tinggi yang dibentuk untuk mengoordinasikan bantuan pada Sabtu menggelar pertemuan pertama di Islamabad, dipimpin Perdana Menteri Shehbaz Sharif.
Hujan monsun dan es yang mencair di pegunungan utara menyebabkan banjir yang berdampak pada 33 juta orang dan menewaskan sedikitnya 1.265 orang, termasuk 44 anak-anak.
Genangan air, yang diduga karena perubahan iklim, terus meluas.
Baca juga: Perusahaan China sumbangkan 250.000 dolar AS untuk Pakistan
Proporsi kematian anak dalam bencana itu telah memicu keprihatinan. UNICEF, badan dana anak-anak PBB, mengatakan ada risiko "lebih banyak" kematian pada anak akibat penyakit pascabanjir.
Banjir yang telah merendam sepertiga wilayah negara itu didahului empat gelombang panas dan sejumlah kebakaran hutan yang besar, kata kepala penanggulangan bencana dalam pertemuan itu.
Dia menyoroti dampak perubahan iklim di negara Asia Selatan tersebut.
"Tahun 2022 membawa sejumlah kenyataan pahit tentang perubahan iklim bagi Pakistan," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional Letjen Akhtar Nawaz.
"Tahun ini kita tidak melihat musim semi - kita menghadapi empat gelombang panas yang menyebabkan kebakaran hutan besar di seluruh negeri," kata dia.
Kebakaran hutan besar paling banyak terjadi di Provinsi Balochistan, Pakistan selatan, yang menghancurkan hutan pinus dan vegetasi lainnya, tak jauh dari kawasan yang kini terendam banjir.
Balochistan pada monsun kali ini telah diguyur hujan 436 persen lebih banyak dibandingkan rata-rata dalam 30 tahun.
Provinsi itu mengalami kehancuran yang luas, termasuk kerusakan jalur kereta api dan jalan serta terputusnya telekomunikasi dan listrik.
Selama kuartal saat ini, Pakistan telah menerima curah hujan sebanyak 390,7 milimeter atau hampir 190 persen lebih tinggi dari rata-rata 30 tahun.
Provinsi Sindh, yang berpenduduk 50 juta jiwa dan terparah dilanda banjir, diguyur hujan 464 persen lebih banyak dari rata-rata 30 tahun.
Bantuan kemanusiaan telah dikirim oleh sejumlah negara. Kiriman pertama tiba dari Prancis pada Sabtu pagi di Islamabad.
Namun, kelompok amal terbesar Pakistan mengatakan masih ada jutaan orang belum menerima bantuan.
Menurut perkiraan awal, kerusakan akibat bencana mencapai 10 miliar dolar AS (Rp148,92 triliun), tetapi survei-survei masih dilakukan pemerintah dengan organisasi-organisasi internasional.
PBB telah mengajukan bantuan senilai 160 juta dolar (Rp2,38 triliun) untuk membantu menangani bencana yang mereka sebut sebagai "kerusakan iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya".
Sumber: Reuters
Baca juga: PBB lanjutkan dukungan untuk Pakistan yang dilanda banjir
Baca juga: Pakistan selamatkan 2.000 orang dari banjir
Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022