London (ANTARA News)- Perdana Menteri baru Palestina, Ismail Haniya, dalam sebuah artikel yang dimuat sebuah suratkabar Inggris, Jumat mengatakan Palestina "jemu atas pendekatan rasis Barat " terhadap konflik Timur Tengah.
Pemimpin pemerintah Palestina itu mengatakan unilaterisme Israel adalah satu formula bagi konflik dan menanyakan apakah pembuat kebijakan Barat pernah merasakan "malu atas standar ganda mereka yang keji" dalam sebuah tulisan berjudul "Perdamaian yang baik atau tidak ada perdamaian" di suratkabar The Guardian.
Ia menulis bahwa Barat telah mengajukan tuntutan kepada Hamas sejak mereka memenangkan pemilu Palestina Januari lalu, sementara tuntutan yang setara tidak ditujukan terhadap partai-partai dalam pemilu Israel yang dilakukan Kamis.
Partai Kadima yang berhaluan tengah pimpinan PM sementara Israel Ehud Olmert menang dalam pemilu itu , mengkampanyekan satu rencana untuk menetapkan perbatasan Israel tahun 2010 tanpa melalui konsultasi dengan Palestina.
Haniya dalam artikel itu mengatakan: " Unilaterisme Olmert adalah satu resep bagi konflik," dan menambahkan masalah di Timur Tengah tidak dengan kelompok Palestina saja tapi dengan "penolakan Israel atas "hak asasi manusia dasar" kami.
AS, Uni Eropa dan Israel semuanya menganggap Hamas sebagai satu organisasi terorisme, dengan menuduhnya melakukan serangan bom bunuh diri dan penolakannya untuk mengakui hak hidup Israel.
"Kami di Hamas berjuang untuk perdamaian dan ingin mengakhiri pertumpahan darah. Kami telah mentaati gencatan senjata sepihak selama lebih dari setahun tanpa ada tindakan balasan dari pihak Israel," kata Haniya, sepereti dikutip AFP.
"Pesan dari Hamas dan Pemerintah Palestina kepada negara-negara Dunia dalam masalah ini: berbicara dengan kami tidak lagi tentang pengakuan hak Israel untuk hiduP atau mengakhiri perlawanan sampai anda memperoleh satu komitmen dari Israel untuk mundur dari tanah kami dan mengakui hak kami."
"Kami merasa jemu akan pendekatan rasis Barat dalam konflik itu , di mana Palestina dianggap sebagai lebih rendah.
"Kendatipun kami adalah korban, kami menawarkan kesediaan kami untuk perdamaian, tapi hanya satu perdamaian yang didasarkan pada keadilan.
" JIka Israel tetap terus menyerang dan membunuh rakyat kami dan menghancurkan rumah-rumah emreka, mengenakan sanksi-sanksi, yang menghukum kami secara efektif, dan memenjarakan pria dan wanita karena melaksanakan hak untuk mempertahankan diri, kami akan menggunakan segala hak untuk menanggapi dengan segala cara yang ada."
Haniya mengatakan partainya secara demokratis dipilih dan jika pemerintahnya diboikot oleh negara-negara asing ," kami akan melawan --dan para sahabat kami berjanji akan menanggulanginya".
"Ini adalah saat yang baik bagi usaha perdamaian -- jika dunia menginginkan perdamaian." (*)
Copyright © ANTARA 2006