Hanya empat sampai lima persen dari mutasi yang dapat membuat virus lebih fit atau bisa menyesuaikan diri
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Amin Soebandrio menyatakan mutasi telah menyebabkan varian-varian baru COVID-19 semakin melemah.
“Mutasi itu sebetulnya justru membuat virusnya tampak lemah. Hanya empat sampai lima persen dari mutasi yang dapat membuat virus lebih fit atau bisa menyesuaikan diri,” kata Amin dalam Talkshow daring Bebas Bepergian Asal Sudah Booster diikuti di Jakarta, Jumat.
Amin menuturkan apabila mutasi virus dapat terjadi secara acak. Dalam proses itu, virus akan bereplikasi memperbanyak diri saat menemukan orang (host) baru untuk ditularkan, namun terdapat kemungkinan bila terjadi kesalahan penyalinan terhadap materi genetiknya.
Akibatnya, hanya empat sampai dengan lima persen virus dari hasil mutasi yang dapat menyesuaikan diri terhadap tekanan lingkungan di sekitarnya, baik karena obat ataupun antibodi.
Baca juga: Menkes minta RI bersiap hadapi mutasi virus baru pada awal 2023
Peluang tersebutlah yang kemudian harus dihadapi oleh Indonesia. Sebab, semakin banyak orang yang terinfeksi maka kemungkinan bermutasi dan melahirkan varian-varian baru yang cukup mengkhawatirkan akan terus terbuka lebar.
“Dalam rentang waktu tertentu ini, justru akan semakin menurun. Baik itu kemampuan menularnya maupun virulensinya,” katanya.
Menurut Amin, kondisi tersebut tidak bisa disepelekan karena menyebabkan risiko penularan dapat terjadi pada pihak manapun.
“Saya sampaikan 45 persen dari mutasi itu, justru menyebabkan virusnya mati. Sekitar 30 persen menyebabkan virusnya tambah lemah dan sekitar 25 persen mutasi itu tidak menyebabkan perubahan apa-apa. Tapi hanya empat sampai lima persen yang menyebabkan virus itu survive,” katanya.
Baca juga: Mutasi sebabkan RI belum aman dari COVID-19 meski anti bodi tinggi
Amin menekankan jika vaksin yang telah didapatkan oleh masyarakat berapapun jumlah dosisnya, dapat sangat bermanfaat dan membentuk kekebalan imunitas di dalam masyarakat.
Vaksinasi memberikan proteksi dari virus yang terus bermutasi dan terus berubah-ubah.
Beberapa perusahaan vaksin besar juga sedang berupaya untuk bisa menyesuaikan vaksin buatannya terhadap varian varian yang baru.
Dirinya berharap cakupan vaksinasi dapat terus ditingkatkan tanpa harus ada ketimpangan pada tiap-tiap kelompok dalam masyarakat.
“Berbicara tentang mutasi selama kita bisa mencegah si virus itu menemukan host baru (melalui vaksinasi), maka itu akan memperkecil kemungkinan virus itu bermutasi, itu yang harus kita lakukan,” ucapnya.
Baca juga: Dokter: Monkeypox mutasi baru dari endemik cacar di Afrika
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022