Kupang (ANTARA News) - Sedikitnya 18 orang warga negara asing asal Amerika Serikat, Portugal, Australia, Filipina, China dan Korea Selatan mulai meninggalkan Timor Leste menuju Timor bagian barat Nusa Tenggara Timur (NTT), menyusul ketegangan politik dan keamanan di wilayah bekas koloni Portugis itu. "Ada sekitar 18 orang warga negara asing, Kamis (30/3) sore) masuk ke wilayah perbatasan NTT dari Dili, ibukota Timor Leste, dan saat ini sedang diproses pihak Imigrasi Indonesia di perbatasan," kata Komandan Korem 161/Wirasakti Kupang, Kol Inf APJ Noch Bola ketika dihubungi ANTARA di Kupang, Jumat. Ia juga menambahkan warga negara Indonesia yang mencari nafkah di Dili juga terus mengalir ke perbatasan NTT dan jumlah mereka saat ini sudah mencapai sekitar 54 orang. Situasi keamanan dan politik di Timor Leste dalam beberapa pekan terakhir ini dilaporkan terus memburuk menyusul pemecatan terhadap 600 anggota Angkatan Perang Timor Leste (FDTL) oleh Panglima FDTL, Brigjen Taur Matan Ruak. Sejumlah 300 personel FDTL bersenjata lengkap setelah dinyatakan desersi terus melakukan keonaran di ibukota negara itu, sehingga membuat rasa tidak nyaman warga negara asing yang berdomisili di wilayah bekas provinsi ke-27 Indonesia itu. Sementara 300 desertir lainnya, dilaporkan sedang melakukan konsolidasi di hutan-hutan untuk memantapkan perjuangan mereka setelah dipecat secara tidak terhormat dari dinas militer oleh Panglima FDTL, Brigjen Taur Matan Ruak. Keterangan yang diperoleh menyebutkan pemecatan terhadap 600 anggota FDTL itu adalah bagian dari sebuah rekayasa besar untuk menciptakan instabilitas politik dan keamanan di Timor Leste guna mempertahankan eksistensi Badan PBB yang tengah bertugas di negara baru itu. Para petugas dari PBB itu akan mengakhiri masa tugasnya di Timor Leste pada 20 Mei mendatang, namun dengan adanya kekacauan tersebut bisa dijadikan alasan untuk memperpanjang masa tugasnya di Timor Leste. Danrem Bola ketika diminta tanggapannya memilih untuk tidak berkomentar soal situasi keamanan di Timor Leste dan rekayasa-rekayasa tersebut, karena ia berpandangan bahwa masalah itu merupakan urusan dalam negeri Timor Leste. "Untuk masalah itu, saya tidak berkomentar karena bukan wewenang saya. Tugas saya hanya menjaga wilayah perbatasan Indonesia dengan Timor Leste," katanya. Ia mengatakan warga negara Indonesia yang kembali melalui pintu perbatasan, mengakui bahwa mereka meninggalkan Timor Lestekarena eskalasi gangguan keamanan di ibukota negara itu terus memburuk sejak 25 Maret lalu. "Selain warga negara kita (Indonesia), ada sekitar 18 warga negara asing asal Amerika Serikat, Portugal, Australia, Philipina, China dan Korea juga meninggalkan Timor Lesye menuju NTT, dan saat ini sedang menjalani pemeriksaan administrasi keimigrasian di Kantor Imigrasi Atambua," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2006