Jakarta (ANTARA) - PT Samindo Resources Tbk (MYOH), salah satu perusahaan penyedia jasa pertambangan batubara terintegrasi di Indonesia, membukukan laba bersih sebesar 7,8 juta dolar AS atau sekitar Rp116 miliar (kurs Rp14.900 per dolar AS) pada akhir semester pertama tahun 2022.
"Pencapaian tersebut adalah cerminan dari berbagai kondisi eksternal yang membayangi aktivitas operasional di sepanjang semester pertama," kata Direktur Samindo Gilbert Nisahpih dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, tingginya harga batu bara tidak serta merta berkorelasi positif dengan industri jasa pertambangan. Faktanya, sebagian besar operator batubara yang berkapasitas besar justru menahan laju produksinya.
Walaupun pada akhirnya ada yang merevisi target, namun di awal tahun 2022 operator-operator besar masih sangat berhati-hati dalam menetapkan target produksi.
Imbasnya, kontraktor pun cenderung tidak mengalami kenaikan volume yang cukup berarti. Kondisi yang kurang baik ini juga ditambah dengan adanya pelarangan ekspor yang dilakukan pemerintah di awal tahun 2022.
Kebijakan ini otomatis juga menghambat aktivitas penambangan. Klien perseroan merespons kebijakan pemerintah tersebut dengan mengurangi kapasitas operasional hingga 50 persen.
Ia mengatakan faktor alam juga sangat mempengaruhi aktivitas penambangan di paruh pertama tahun 2022. Tingginya curah hujan adalah faktor utama yang menahan laju aktivitas penambangan.
"Berdasarkan catatan internal yang berhasil kami himpun, terjadi kenaikan waktu pemeliharaan yang disebabkan oleh hujan hingga 36,2 persen. Di paruh pertama tahun 2021 total waktu pemeliharaan akibat hujan sebesar 761 jam. Sedangkan di paruh pertama 2022 waktu pemeliharaan akibat hujan melonjak hingga 1,036 jam," katanya.
Corporate Secretary MYOH Ahmad Zaki Natsir mengatakan MYOH berusaha memanfaatkan waktu standby saat hujan dengan melakukan pemeliharaan. Namun demikian, hal ini juga mendatangkan efek samping yaitu kenaikan biaya suku cadang. Sampai dengan akhir semester pertama tahun 2022, MYOH berhasil menekan biaya pemeliharaan alat berat melalui pihak ketiga sebesar 25,6 persen.
“Saat ini kami juga tengah beradaptasi dengan adanya peralihan dari pemeliharaan melalui pihak ketiga menjadi pemeliharaan mandiri, sehingga ada beberapa kondisi yang belum maksimal” tambah Zaki.
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022