"Dibanding dengan partai yang lain, pemilih PDIP relatif stabil," kata Saiful dalam program Bedah Politik bertajuk "Pergeseran Pemilih Partai Menjelang Pemilu 2024" yang disiarkan di kanal YouTube SMRC TV, dipantau dari Jakarta, Kamis.
Untuk melihat partai mana yang memiliki pemilih yang loyal dan tidak, SMRC melakukan survei opini publik secara nasional dengan mengajukan pertanyaan pada para pemilih yang ikut Pemilu 2019, "Kalau bapak atau ibu memilih sekarang, partai mana yang akan dipilih?”
Hasilnya adalah pemilih PDIP pada 2019 yang menyatakan akan kembali memilih PDIP sekarang sebanyak 73,9 persen.
Baca juga: Saiful Mujani sebut koalisi PKB-Gerindra bukan aspirasi pemilih PKB
Baca juga: SMRC: Kinerja pemerintah menentukan kinerja demokrasi
Saiful menyatakan, belum tentu pemilih PDIP di luar 73,9 persen tersebut tidak loyal karena untuk kasus PDIP, tidak ada angka yang signifikan yang pindah ke partai yang lain.
Terdapat 2,7 persen pemilih PDIP yang pindah ke Golkar. Akan tetapi, menurut Saiful, angka tersebut tidak signifikan secara statistik. Pada kasus pemilih PDIP yang tidak menyatakan akan memilih kembali PDIP ini justru lebih banyak masuk ke kelompok yang belum menentukan pilihan, yakni sekitar 16,7 persen.
"Dalam kondisi ini, jika PDIP berhasil merebut dan menampung perpindahan pemilih dari partai lain, partai berlambang banteng dengan moncong putih ini memiliki potensi untuk mengalami kenaikan suara," tutur Saiful.
Alasan tersebut berdasarkan kepada pemilih yang menyatakan akan pindah ke partai yang lain sangat tidak signifikan. Sementara itu, yang menyatakan tidak tahu atau tidak jawab juga relatif normal atau tidak terlalu besar dibanding dengan partai-partai lain, sekitar 16,7 persen.
Partai kedua dengan pemilih yang relatif solid adalah Partai Demokrat. Ada 73,6 persen pemilih Demokrat 2019 yang menyatakan akan kembali memilih Demokrat.
Yang belum menentukan pilihan cukup kecil, yakni 7,7 persen, sementara yang akan mengancam adalah PDIP dan Gerindra (5,7 persen dan 5,4 persen).
Saiful menyebut PDIP dan Gerindra sebenarnya satu warna dengan Demokrat. Dia menjelaskan bahwa dalam kasus Pemilu 1999, PDIP mendapatkan suara 34 persen sementara Partai Demokrat belum ada. Pada 2004, ketika Partai Demokrat muncul dan mendapatkan suara 7 persen, sementara PDIP mengalami penurunan suara yang cukup tajam menjadi sekitar 18 persen.
"Artinya, ada irisan antara pemilih PDIP dan Demokrat," ucap Saiful.
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2022