Jakarta (ANTARA) -

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan La Nina yang melemah memicu peningkatan curah hujan hingga November 2022.

Dwikorita dalam konferensi pers daring di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa hingga pertengahan Agustus 2022, pemantauan terhadap anomali iklim global yaitu terhadap Samudra Pasifik ekuator menunjukkan bahwa La Nina masih berlangsung dengan intensitas lemah, dengan nilai anomali suhu di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur sebesar -1,04.

Baca juga: BMKG: Puncak musim hujan 2022-2023 pada Desember-Januari

Sementara itu, kondisi anomali suhu muka laut di Samudra Hindia menunjukkan fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) dalam kondisi negatif dengan indeks dipole mode sebesar -1,0.

"Artinya, kombinasi antara La Nina lemah dengan dipole mode sebesar -1,0 dan fenomena minus IOD itu akan tetap bertahan hingga November 2022. Kombinasi antara La Nina lemah dengan Indian Ocean dipole yang negatif mengakibatkan kontribusi pada meningkatnya curah hujan di Indonesia," ujar dia.

Baca juga: BMKG: 114 ZOM masuki awal musim hujan pada September

Dwikorita menyebut hingga November 2022 akan terjadi peningkatan curah hujan. Peningkatan ini antara lain disebabkan oleh La Nina lemah dan juga oleh suhu muka air laut di Indonesia yang menghangat sampai November.

Sebelumnya, hasil pemantauan perkembangan musim kemarau 2022 hingga akhir Agustus 2022 menunjukkan bahwa sebagian besar zona musim di wilayah Indonesia atau 265 zona musim (ZOM) atau 37,9 persen ZOM telah memasuki musim kemarau. Namun belum semua wilayah Indonesia memasuki musim kemarau.

Baca juga: Kepala BMKG: KGTI kembangkan sistem processing InaTEWS Merah Putih

Merujuk pada normalnya pada akhir bulan Agustus, seharusnya sudah 336 ZOM atau 50,22 persen telah memasuki musim kemarau. Artinya ada keterlambatan musim kemarau, di mana hanya 37,9 persen ZOM sesuai yang diprediksi.

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022