Pandangan itu tak berubah meskipun pada 30 Desember 2014, terutama karena dorongan istrinya, Lilis Dewi Ariani, Hadi sudah terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan.
Hadi tetap tak mau berurusan dengan asuransi, sampai September 2017 ketika kecelakaan saat bekerja membuat wajahnya, tepatnya bagian pipi, mengalami luka parah yang membutuhkan operasi.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Hadi berurusan dengan asuransi ketika dia menggunakan asuransi BPJS Kesehatan.
Hadi yang rutin membayar iuran BPJS Kesehatan, kaget setelah mendapati pengalaman yang kemudian mengubah pandangannya kepada BPJS Kesehatan.
Bukan hanya karena luka parah pada pipinya tertangani dengan baik oleh paramedis di Rumah Sakit Dr. Suyoto di Jakarta Selatan di mana dia rawat saat itu dan hingga kini menjadi rumah sakit pilihannya.
Tetapi itu juga lebih karena setelah mengetahui tak sepeser pun uang yang dia keluarkan untuk operasi yang normalnya bisa memaksa orang mengeluarkan puluhan juta rupiah itu.
Kalaupun ada uang yang mesti dikeluarkan Hadi, maka itu adalah bensin yang digunakannya untuk kendaraan yang dia pacu dari rumahnya di Pondok Picung, Bintaro, Tangerang Selatan, sampai RS. Dr Suyoto di Jakarta Selatan. Selain tentu saja, iuran BPJS Kesehatan sebesar Rp35 ribu yang dia bayarkan setiap bulan.
Pengalaman pertamanya menggunakan BPJS Kesehatan itu seketika memupus anggapan miring tentang asuransi ini bahwa prosedurnya akan berbelit atau bahwa penanganan kesehatannya tidak profesional.
"Ternyata semua itu tidak benar. Semua di rumah sakit ini suportif sekali, dari petugas administrasi sampai suster dan dokter. Tak ada perbedaan perlakuan antara mereka yang menggunakan BPJS Kesehatan dengan yang tidak," kata Hadi.
Baca juga: BPJS Kesehatan tingkatkan aksesibilitas pelayanan jaminan kesehatan
Sejak detik itu dia mengandalkan BJPS Kesehatan untuk membuatnya tetap sehat dalam usianya yang sudah kepala enam.
Dia gunakan asuransi kesehatan ini untuk banyak hal, mulai untuk pemeriksaan CT scan, mendapatkan obat, sampai konsultasi dokter syaraf dan terapi rehabilitasi medik yang rutin dilakukannya setelah belum lama tahun ini terserang stroke.
Hadi masih bolak balik ke RS Suyoto guna menjalani terapi rehab medik yang lambat laun menjauhkannya dari stroke. Semula jadwal terapinya beberapa hari sekali, kini tak lagi sekerap itu karena sudah perlahan membaik, sampai dokter menyatakannya sembuh di kemudian hari.
"Untuk semua ini saya tak mengeluarkan apa-apa lagi selain membayar iuran BPJS Kesehatan," sambung Hadi saat berbincang dengan ANTARA, Minggu 28 Agustus lalu.
Didorong oleh pengalaman baik yang dianggap Hadi pantas dan harus dibagi kepada semua orang, dia dan istrinya, Lilis Ariani, kompak aktif mengajak orang-orang mengikuti BPJS Kesehatan.
Pria yang dulu anti asuransi itu kini malah aktif mengajak siapa pun yang dia kenal dan bahkan yang baru dia kenal, untuk memakai asuransi BPJS Kesehatan.
Mereka memulainya dari keluarga. Dan berhasil. Dua keluarga besar dalam dua generasi dari pihak Hadi dan pihak Lilis, menjadi peserta aktif BPJS Kesehatan.
Selesai dengan keluarga, Hadi dan istri mengajak pula tetangga, teman dan kenalan agar menggunakan BPJS Kesehatan, tidak saja saat mereka sakit, tetapi juga saat mengobrol biasa.
Tak ada yang menyuruh mereka melakukan ini, selain karena keinginan mengajak semua orang menyelami pengalaman baik yang sudah mereka rasakan dan membuat mereka tertolong dalam banyak hal.
"Kalau perlu saya antar mereka ke petugas yang mengurus BPJS Kesehatan," kata Hadi. "Tapi tak semua menanggapi ajakan saya, khususnya mereka yang memiliki uang banyak yang mungkin menganggap BPJS Kesehatan ini ecek-ecek, enggak qualified, dan seterusnya."
Hadi menganggap asumsi miring kepada BPJS Kesehatan ini lebih karena orang tidak mengetahui manfaat besar BPJS Kesehatan karena tak pernah menikmati manfaatnya.
"Lebih enak menyampaikan kepada keluarga dan teman karena mereka kenal kita, siapa kita, dan tahu apa yang sudah kita alami. Mereka biasanya langsung percaya," kata Hadi.
Baca juga: BPJS Kesehatan: Manfaat program JKN semakin dirasakan oleh masyarakat
Baca juga: Penderita sakit gula manfaatkan JKN-KIS jadi jaminan biaya pengobatan
Selanjutnya : Gethok tular
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2022