Kawasan pesisir di Pulau Pengudang dan Pulau Pangkil, Bintan akan dikembangkan ekosistem karbon biru
Bintan, Kepulauan Riau (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau menetapkan dua pulau di Kabupaten Bintan sebagai kawasan uji coba pengelolaan "blue carbon" atau karbon biru untuk menyerap karbon.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepri Tengku Said Arif Fadillah di Bintan, Rabu, mengatakan, kawasan pesisir di Pulau Pengudang dan Pulau Pangkil, Bintan akan dikembangkan ekosistem karbon biru.
Ia menjelaskan pengelolaan kedua pulau sebagai kawasan pengembangan ekosistem karbon biru bekerja sama dengan Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) milik Achmad Santosa.
Ekosistem karbon biru yang dilestarikan di pesisir, kata dia, yakni hutan mangrove, bakau, lamun, lahan gambut dan rawa asin. Pengelolaannya mirip seperti merawat kawasan konservasi.
"Hasil kajian dalam pengelolaan ekosistem karbon biru di Pulau Pangkil dan Pulau Pengudang sudah disampaikan IOJI. Gubernur Kepri Ansar Ahmad tertarik karena ekosistem karbon biru penyerap karbon paling efektif dibandingkan ekosistem lain," katanya.
Menurut dia, melestarikan ekosistem pesisir dapat memberi manfaat lainnya seperti mencegah erosi, melindungi perumahan warga ketika pasang surut, badai dan banjir ketika menghantam, menangkap polutan yang kerap ada di udara dan perairan, melestarikan habitat laut, dan menjadi habitat bagi makhluk hidup lainnya di pesisir.
Ia mengatakan kawasan ekosistem karbon biru juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir sebagai sumber ekonomi dengan memberikan servis ekologi. Pengelolaan daerah pesisir secara alami dan lestari menambah pesona pesisir, dan berpotensi dikembangkan sektor pariwisata.
Kawasan ekosistem karbon biru, kata dia, juga menyediakan makanan bagi ikan, sehingga sumber daya ikan, siput, kepiting dan udang berlimpah. Kualitas air laut juga semakin baik dengan adanya ekosistem karbon biru.
"Kawasan karbon biru merupakan rumah bagi ikan, siput, kepiting dan udang. Tentu ini bernilai, dan menjadi sumber kehidupan masyarakat," katanya.
I menjelaskan pelestarian ekosistem karbon biru menjadi solusi alami terbaik sebagai upaya mitigasi perubahan iklim. Perubahan iklim menyebabkan jumlah CO2 dan beberapa gas lain meningkat, dan memberi dampak negatif.
Kondisi itu pula mengakibatkan panas matahari terperangkap di atmosfer bumi, yang dapat memicu es di kutub mencair dalam kapasitas yang besar. Bencana lainnya yang dapat muncul seperti kekeringan dan kenaikan permukaan air laut sehingga daratan akan tenggelam.
"Ekosistem padang lamun dan mangrove merupakan pagar utama yang selama ini menjadi pelindung wilayah pesisir, terutama berlindung dari dampak perubahan iklim yang makin nyata terjadi," demikian Said Arif Fadillah.
Baca juga: Menteri Kelautan: Kemampuan ekonomi karbon biru RI sangat besar
Baca juga: Bappenas dorong G20 wujudkan karbon biru untuk kurangi perubahan iklim
Baca juga: Menteri LHK sebut masih banyak harus dieksplor terkait karbon biru
Baca juga: Indonesia-Korea jajaki kerja sama terkait karbon biru
Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022