Melbourne (ANTARA) - Harga minyak naik di sesi Asia pada Rabu sore, karena data menunjukkan permintaan bahan bakar AS menguat, pulih sedikit setelah merosot lima persen sehari sebelumnya di tengah kekhawatiran bahwa permintaan akan menderita dari peningkatan pembatasan COVID China dan kenaikan suku bunga bank sentral.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 82 sen atau 0,9 persen, menjadi diperdagangkan di 92,46 dolar AS per barel pada pukul 06.59 GMT, setelah merosot 5,37 dolar AS di sesi sebelumnya didorong oleh kekhawatiran resesi.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober, yang akan berakhir pada Rabu, meningkat 89 sen atau 0,9 persen menjadi diperdagangkan di 100,20 dolar AS per barel, memangkas kerugian 5,78 dolar AS pada Selasa (30/8/2022). Kontrak November yang lebih aktif naik 88 sen atau 0,9 persen, menjadi 98,72 dolar AS per barel.
Perubahan harga sejak konflik Ukraina dimulai enam bulan lalu telah mengguncang dana lindung nilai (hedge funds) dan spekulan serta perdagangan menipis, yang pada gilirannya telah membuat pasar maju-mundur bahkan lebih, seperti yang terlihat pada Selasa (30/8/2022).
Mendukung sentimen pasar pada Rabu, data dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan persediaan bensin AS turun sekitar 3,4 juta barel, sementara stok sulingan, yang meliputi solar dan bahan bakar jet, turun sekitar 1,7 juta barel untuk pekan yang berakhir 26 Agustus.
Penarikan stok bensin hampir tiga kali lipat penurunan 1,2 juta barel yang diperkirakan rata-rata oleh delapan analis yang disurvei oleh Reuters. Untuk persediaan sulingan mereka memperkirakan penurunan sekitar 1 juta barel.
Baca juga: Harga minyak Asia naik, ditopang tanda-tanda membaiknya permintaan
Namun, data API menunjukkan stok minyak mentah naik sekitar 593.000 barel, dibandingkan perkiraan para analis untuk penurunan sekitar 1,5 juta barel.
"Harga juga berada di bawah tekanan karena sikap hawkish dari bank-bank sentral utama, kekhawatiran tentang pertumbuhan global yang lebih lambat, dan melemahnya permintaan dari China," kata Wakil Presiden Riset Komoditas Religare Broking, Sugandha Sachdeva.
Beberapa kota terbesar China - dari Shenzhen hingga Dalian - memberlakukan penguncian dan penutupan bisnis untuk mengekang wabah COVID-19 pada saat ekonomi terbesar kedua di dunia itu sudah mengalami pertumbuhan yang lemah.
Di sisi penawaran, ekspor minyak dari Irak tidak terpengaruh oleh kekerasan terburuk yang terlihat di Baghdad selama bertahun-tahun, tiga sumber mengatakan kepada Reuters, Selasa (30/8/2022). Bentrokan mereda pada Selasa (30/8/2022) setelah ulama kuat Moqtada al-Sadr memerintahkan pengikutnya untuk mengakhiri protes mereka.
Faktor utama yang mendukung harga saat ini adalah pembicaraan dari anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu, bersama-sama disebut OPEC+, bahwa mereka mungkin memangkas produksi untuk menstabilkan pasar. OPEC+ selanjutnya akan bertemu pada 5 September.
"Sejauh pemotongan OPEC berjalan, saya tidak berpikir siapa pun percaya bahwa pemotongan segera akan memiliki efek besar," kata Direktur Konsultan Energi Trifecta, Sukrit Vijayakar.
Kedua, karena ancaman resesi tampaknya nyata, investor akan bersedia membiarkan Brent berkisar antara 90 dolar AS hingga 110 dolar AS untuk saat ini, tambahnya.
Baca juga: Harga minyak naik di Asia, dipicu potensi pengurangan pasokan OPEC+
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022