Wilkes-Barre (ANTARA) - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengutuk ancaman kekerasan terhadap para petugas Biro Investigasi Federal (FBI) yang menggeledah rumah pendahulunya, mantan presiden Donald Trump, dan menyebut tindakan tersebut "memuakkan".
Pernyataan itu disampaikan Biden saat dia memulai kunjungan tiga hari di Pennsylvania.
Dia dengan marah mencela orang-orang yang mengamuk terhadap penegak hukum federal terkait penggeledahan rumah mantan presiden dari partai Republik itu di Florida pada 8 Agustus.
"Memuakkan melihat serangan baru kepada FBI, mengancam jiwa para petugas penegak hukum dan keluarga mereka karena hanya menegakkan aturan dan melaksanakan tugas mereka," kata Biden.
"Saya ingin mengatakannya sejelas yang saya bisa. Tak ada tempat di negara ini --tak ada tempat-- untuk membahayakan jiwa penegak hukum. Tak ada tempat. Tidak ada. Tidak pernah. Titik. Saya menentang penghapusan anggaran polisi. Saya juga menentang penghapusan anggaran FBI," katanya, menambahkan.
Sebelumnya pada bulan ini, FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri memperingatkan tentang ancaman yang meningkat menyusul penggeledahan di kediaman Trump di Mar-a-Lago.
Dari rumah itu, sejumlah petugas membawa 11 berkas dokumen rahasia, yang beberapa di antaranya bahkan sangat rahasia, sebagai bagian dari penyelidikan kejahatan.
Dalam beberapa pekan terakhir, Biden sering menghindari pembicaraan tentang penyelidikan itu dan Gedung Putih mengatakan Departemen Kehakiman bertugas secara independen.
Kepala intelijen dalam pemerintahan Biden baru-baru ini membuka penyelidikan tentang ancaman keamanan nasional jika dokumen-dokumen rahasia itu terungkap.
Biden telah menajamkan serangannya kepada para anggota Partai Republik pendukung Trump.
"Saya ingin katakan ini kepada teman-teman Republik (pendukung) MAGA di Kongres. Jangan bilang kalian mendukung penegakan hukum jika kalian tidak mengutuk apa yang terjadi pada tanggal 6," katanya, merujuk pada kerusuhan 6 Januari 2021 di gedung Capitol oleh pendukung Trump.
MAGA (Make America Great Again) adalah slogan politik yang digunakan Trump selama kampanye pemilihan presiden.
Ketua Komite Nasional Republik Ronna McDaniel membalas komentar Biden dengan mengatakan lewat pernyataan pada Selasa,"Agenda Demokrat Biden telah mengurangi rasa aman masyarakat Pennsylvania, dan itulah sebabnya warga Pennsylvania akan memilih arah yang baru pada November."
Pennsylvania menjadi salah satu kunci kemenangan Biden dalam pemilihan presiden 2020.
Banyak calon anggota Kongres dari Republik menuduh lawan-lawannya dari Demokrat enggan mengatasi tingkat kejahatan yang meningkat di sejumlah wilayah.
Mereka juga berusaha mengaitkannya dengan gerakan "hapuskan anggaran kepolisian" yang muncul dalam aksi-aksi protes menentang rasisme pada 2020.
Tingkat kematian akibat penggunaan senjata di AS melonjak 35 persen pada 2020, tertinggi sejak 1994, menurut data statistik AS yang diterbitkan pada Mei.
Pada Selasa(30/8), Biden mengkritik para anggota DPR dari Republik yang menentang rencananya untuk mendanai penegakan hukum dan mengurangi kejahatan bersenjata.
Biden telah meminta Kongres untuk mengesahkan larangan senjata serbu serta dana bagi program pencegahan kejahatan senilai 37 miliar dolar AS (Rp549,34 triliun), termasuk 13 miliar dolar untuk merekrut dan melatih 100.000 petugas kepolisian baru selama lima tahun ke depan.
"Kita hidup di negara yang dibanjiri senjata untuk perang," kata dia. "Demi Tuhan, apa alasan senjata-senjata ini berada di luar zona perang?"
Sumber: Reuters
Baca juga: Biden: Trump anti polisi, tak bernyali hentikan serangan di Capitol
Baca juga: Lebih dari 300 dokumen rahasia ditemukan di rumah Trump di Florida
Lolos dari sidang pemakzulan, ancaman pidana mengintai Trump
Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022