Jakarta (ANTARA) - Grup band NOAH berbagi cerita tentang perjalanan 10 tahunnya dalam menjaga eksistensi di industri musik Indonesia.
Band yang terdiri dari Nazril Irham (Ariel), Lukman Hakim (Lukman) dan David Kurnia Albert (David) ini masih tetap menjadi idola para penikmat musik tanah air. Lagu-lagunya juga akrab di telinga pendengar dan hampir semuanya menjadi hits.
Lukman sang gitaris mengatakan bahwa bandnya tidak memiliki formula khusus untuk membuat NOAH tetap diganderungi banyak penggemar.
Namun, Lukman mengaku rasa pertemanan merupakan pondasi untuk membuat bandnya tetap berdiri.
"Yang pasti kita ngeband itu didasari pertemanan ya," ujar Lukman ditemui dalam jumpa pers konser "NOAH - DEKADE EXPERIENCE" di Jakarta, Selasa (30/8).
NOAH tak pernah sekalipun berpikir untuk menjadi terkenal. Lukman, Ariel dan anggota personel lama Peterpan (sekarang NOAH) bermain musik hanya untuk bersenang-senang.
Kini setelah satu dekade membawa bendera NOAH, tiga personel yang tersisa sudah saling mengerti karakter satu sama lain. Inilah yang menjadikan pelantun "Separuh Aku" bisa terus bertahan di industri musik.
"Jadi, kita jalaninnya dengan enjoy, masing-masing kayak aku sama Ariel, David udah tahu karakter kita masing-masing, saling mengerti aja sih, dan satu visi yang pasti," kata Lukman.
Sementara itu, Ariel mengatakan bahwa selama 10 tahun perjalanan musik NOAH, masih banyak hal yang belum tercapai.
Beberapa target yang selalu berusaha untuk dicapai di antaranya membuat lagu yang selalu hits, melakukan pertunjukan musik yang lebih bagus dan selalu menghibur penonton.
"Kalau didaftar masih banyak yang belum tercapai. Bikin show lebih bagus dan segala macam, itu masih jadi target. Bikin hits yang enggak cuma di Indonesia, konser tur dunia juga belum tercapai, banyak enggak habis-habis," kata vokal NOAH itu.
Baca juga: Ariel NOAH tak paksakan buah hati ikuti jejaknya jadi musisi
Baca juga: Noah berkisah soal dekat dengan fans
Baca juga: Noah Collectible album ditargetkan tembus 2,5 juta keping
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022