New York (ANTARA) - Saham-saham di Wall Street lebih rendah pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), mencatat penurunan untuk sesi ketiga berturut-turut, karena kenaikan data lowongan pekerjaan memicu kekhawatiran Federal Reserve AS memiliki alasan untuk mempertahankan jalur agresif kenaikan suku bunga guna memerangi inflasi.
Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 308,12 poin atau 0,96 persen, menjadi menetap di 31.790,87 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 44,45 poin atau 1,10 persen, menjadi berakhir di 3.986,16 poin. Indeks Komposit Nasdaq tergelincir 134,53 poin atau 1,12 persen, menjadi ditutup pada 11.883,14 poin.
Masing-masing dari 11 sektor utama S&P 500 berada di wilayah negatif, dengan sektor energi anjlok 3,36 persen, persentase penurunan terbesar, karena harga minyak turun lebih dari lima persen di tengah kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi global dapat melemahkan permintaan.
Indeks acuan S&P 500 telah jatuh lebih dari 5,0 persen sejak Ketua Fed Jerome Powell pada Jumat (26/8/2022) menegaskan kembali tekad bank sentral untuk menaikkan suku bunga bahkan dalam menghadapi ekonomi yang melambat.
Permintaan tenaga kerja tidak menunjukkan tanda-tanda pendinginan karena lowongan pekerjaan AS naik menjadi 11,239 juta pada Juli dan bulan sebelumnya direvisi naik tajam. Sebuah laporan terpisah menunjukkan kepercayaan konsumen rebound kuat pada Agustus setelah tiga penurunan bulanan berturut-turut.
"Mereka harus melemahkan pasar tenaga kerja dan bagaimana mereka akan melakukannya - mereka harus menekan lajunya dan membuat barang menjadi sangat mahal sehingga orang akan mundur, permintaan akan turun, dan orang-orang akan diberhentikan," kata Ken Polcari, Managing Partner di Kace Capital Advisors di Boca Raton, Florida.
"Itu mengunci mereka lebih jauh."
Data meningkatkan fokus pada data penggajian non-pertanian (NFP) Agustus yang akan dirilis pada Jumat (2/9/2022).
Presiden Fed New York John Williams mengatakan pada Selasa (30/8/2022) bahwa bank sentral kemungkinan akan perlu untuk mendapatkan suku bunga kebijakan sekitar 3,5 persen dan tidak mungkin untuk memangkas suku bunga sama sekali tahun depan karena memerangi inflasi.
Namun, Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic mengatakan dalam sebuah esai yang diterbitkan pada Selasa (30/8/2022) bahwa Fed dapat "memutar balik" dari rangkaian kenaikan 75 basis poin baru-baru ini jika data baru menunjukkan inflasi "jelas" melambat.
Sementara itu, Presiden Fed Richmond, Thomas Barkin mengatakan janji The Fed untuk menurunkan inflasi ke target 2,0 persen tidak akan selalu menghasilkan resesi yang parah.
Pedagang memperkirakan peluang 74,5 persen untuk kenaikan suku bunga 75 basis poin ketiga berturut-turut pada pertemuan Fed September.
Saham-saham teknologi dan pertumbuhan megacap yang sensitif terhadap suku bunga seperti Microsoft Corp turun 0,85 persen, dan Apple Inc merosot 1,53 persen, termasuk di antara hambatan terbesar pada indeks acuan.
Baik S&P 500 maupun Nasdaq telah menembus di bawah rata-rata pergerakan 50 hari mereka. Sementara itu, indeks Volatilitas CBOE, juga dikenal sebagai pengukur ketakutan Wall Street, naik untuk sesi ketiga berturut-turut dan mencapai level tertinggi enam minggu di 27,69 poin.
Menambah kekhawatiran, militer Taiwan melepaskan tembakan peringatan ke sebuah pesawat tak berawak China yang melintas di sebuah pulau kecil yang dikendalikan oleh Taiwan di dekat pantai China.
Best Buy Co naik 1,61 persen sebagai salah satu keuntungan terbesar di S&P 500 setelah melaporkan penurunan yang lebih kecil dari perkiraan dalam penjualan kuartalan berkat diskon yang tajam.
Volume transaksi di bursa AS mencapai 10,51 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 10,54 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.
Baca juga: Wall St turun, aksi jual berlanjut dipicu khawatir kenaikan suku bunga
Baca juga: Wall Street jatuh di atas 3 persen, Indeks Dow Jones anjlok 1.008 poin
Baca juga: Wall St ditutup menguat, investor fokus pada konferensi Jackson Hole
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022