Kami terus sosialisasi langkah jangka panjang mengatasi kekeringan yang menjadi langganan setiap tahun ketika musim kemarau
Boyolali (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat menyosialisasikan langkah jangka panjang dalam mengatasi kekurangan air bersih di daerah rawan bencana kekeringan saat musim kemarau.
"Kami terus sosialisasi langkah jangka panjang mengatasi kekeringan yang menjadi langganan setiap tahun ketika musim kemarau," kata Kepala BPBD Kabupaten Boyolali, Widodo Munir, di Boyolali, Selasa.
Widodo Munir mengatakan hal tersebut menjadi tugas BPBD Boyolali melakukan sosialisasi dan menyiapkan langkah-langkah jangka panjangnya. Ia mengharapkan masyarakat menanam banyak pohon agar simpanan air di permukaan tanah lebih awet.
Selain itu, masyarakat agar melakukan upaya-upaya mandiri untuk mencukupi kebutuhan air bersihnya, misalnya dengan membuat sumur sendiri.
Baca juga: BPBD: Semua kecamatan di Kabupaten Sabu Raijua-NTT terancam kekeringan
Pemkab Boyolali melalui BPBD setempat pada tahun 2022 ini, melakukan penelitian sumber air melalui geolistrik dan sudah dilaksanakan di Kecamatan Wonosamodro dan Boyolali kota karena daerah tersebut ada penampungan akhir pengungsi di kawasan Boyolali kota.
"Kalau kami tidak mempunyai sumber air yang memadahi akan rawan ke depan. Pada 2023 berdasar hasil penelitian geolistrik itu, jika debit air mencukupi kami usulkan untuk pembuatan sumur air bawah tanah," kata Munir.
Ia mengatakan di Kecamatan Wonosegoro Boyolali ada bantuan dari Kementerian Pertanian berupa sumur untuk mencukupi kebutuhan air tanaman kelapa.
Baca juga: Hadapi kekeringan, pemda NTT didorong tingkatkan penyaluran air bersih
"Saya yakin di luar kebutuhan air tanaman kelapa itu, bisa digunakan kebutuhan air bersih masyarakat sekitar. Kalau memang kandungan air bersih cukup untuk kebutuhan masyarakat," katanya.
Selain itu, BPBD Boyolali pada tahun ini, juga melakukan penanaman pohon jenis aren, yang disebar di daerah resapan di Kecamatan Selo dan Boyolali bagian utara seperti Wonosamodro, Wonosegoro dan Kemusu dalam rangka melakukan penangkapan air konservasi lingkungan sehingga air permukaan tanah yang dikandung semakin baik dan cukup .
Kendati demikian, pihaknya mengimbau masyarakat tetap hemat air saat musim kemarau ini, apabila terpaksa terjadi kekurangan air bersih bisa menghubungi BPBD baik melalui WhatsApp maupun dengan surat dan pihaknya siap melayani bantuan air bersih ke lokasi.
Baca juga: Pemkab Batang petakan wilayah rawan kekeringan
Dia mengatakan sudah ada empat kecamatan di wilayah Boyolali yang mengajukan bantuan air bersih karena kekeringan yakni Simo, Kemusu, Wonosegoro dan Wonosamodro. Ada tujuh desa yang sudah dikirim air bersih dengan total sebanyak 25 tangki ukuran 5.000 liter.
Tujuh desa tersebut yakni Desa Kendel Kecamatan Kemusu, Gunung (Simo), Tetoyan, Guwo (Wonosegoro), Bangle, Garangan dan Gunungsari (Wonosamodro).
BPBD Boyolali dalam menghadapi bencana kekeringan menyediakan anggaran sekitar Rp125 juta atau diperkirakan sebanyak 200 tangki air yang disediakan tahun ini.
Namun, BPBD juga bekerja sama dengan lembaga masyarakat dan dunia usaha. Jadi ada dari dana abadi peduli masyarakat sudah menyiapkan 100 tangki air bersih.
Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Boyolali juga sudah menyatakan siap membantu, BUMN dan BUMD Boyolali juga sudah siap. Bantuan air ke daerah bencana kekeringan intinya sudah ada dan mencukupi.
Baca juga: Cuaca ekstrem, 108 desa di Kabupaten Sumba Timur terancam kekeringan
Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022