Abuja (ANTARA News) - Mantan Presiden Liberia, Charles Taylor, ditangkap oleh polisi dengan bantuan petugas imigrasi di desa Gamboru Ngala di Negara Bagian Borno, Nigeria, di dekat perbatasan dengan Cameroon, Rabu.Mohammed Bello, pengawas imigrasi di Maiduguri mengatakan, Taylor dicegat saat berkendaraan dalam jeep warna emas dengan nomor plat diplomatik.Bello mengatakan, Taylor mengenakan jubah putih Nigeria dan disertai oleh istrinya. Ia menyatakan rombongan kendaraan yang mengawal mantan gembong perang Liberia tersebut membubarkan diri ke berbagai arah ketika di cegat, sehingga Taylor hanya bersama istrinya saja.Taylor segera dibawa ke Maiduguri, ibukota Negara Bagian Borno, bersama istrinya, kata pejabat imigrasi itu.Bello mengatakan, penangkapan tersebut berlangsung 05:30 GMT.Taylor telah tinggal dalam pengasingan di Calabar, Nigeria tenggara, sejak Agustus 2003, tapi melarikan diri dari tempat tinggalnya, Selasa.Ia dicari oleh pengadilan penjahat perang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Sierra Leone untuk menghadapi dakwaan mengenai kejahatan terhadap umat manusia yang diduga dilakukannya antara 1997 dan 2003, saat ia menjadi Presiden Liberia.Sebelumnya AS menyatakan Nigeria menghadapi "konsekuensi" atas hilangnya Taylor, jika ia tak diserahkan untuk menghadapi dakwaan di pengadilan penjahat perang.Nigeria, yang telah menghadapi tekanan dari Washington agar mengakhiri suaka Taylor di negeri tersebut, mengatakan selama akhir pekan bahwa Liberia bebas untuk menahan mantan gembong perang itu.Namun, hari Selasa, tepat saat Obasanjo dijadwalkan meninggalkan Abuja menuju Washington, beberapa pejabat Nigeria mengatakan Taylor telah menghilang dari kediamannya di bagian tenggara negeri tersebut Senin malam.Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice mengatakan tanggung jawab Nigeria lah untuk menyerahkan Taylor guna menghadapi hukuman dan memperingatkan mengenai konsekuensi yang tak disebutkan kalau itu tak terjadi.Taylor dituduh di Sierra Leone telah mendukung pemberontak bereputasi buruk untuk mencuri anggota tubuh warga sipil guna ditukar dengan permata untuk membiaya aksi perlawanan di Liberia.Kedua konflik tersebut merenggut lebih dari 300.000 jiwa dan melahirkan satu generasi tentara bocah. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006