Gorontalo (ANTARA) - Matahari sedang terik, saat Mantri Uyon sedang terengah-engah menapaki hamparan pasir lembut. Ia menenteng tas hitam menuju perahu, yang jaraknya sekitar 200 meter di sebuah pantai.

Lelaki bernama lengkap Uyon Laloda itu menempelkan tangan kirinya di dahi menghalau teriknya sinar matahari, dan memicingkan mata untuk melihat lebih jelas letak perahu yang dituju.

Setibanya di satu perahu beratap, Mantri Uyon menyapa dengan akrab empat warga yang sedang menunggunya untuk memeriksakan kesehatan.

Si mantri dengan sigap membantu seorang pria lanjut usia berbaring di atas papan perahu, agar mudah memeriksa bagian dada.

“Tekanan darahnya sampai 180. Makanan diperhatikan dan istirahat ya,” kata Mantri Uyon sambil melepaskan stetoskop dari telinganya.

Ia kemudian memijat-mijat ringan tangan bapak tersebut dan saling berbagi cerita selama beberapa menit. Sang mantri tampak sedang berusaha membuat pasiennya merasa tenang dan nyaman.

Pasien tersebut, Hamza Ponelo (73), sudah hampir satu tahun mengeluhkan sesak nafas. Ia juga kerap mengalami hipertensi dan beberapa kali diserang rematik.

Satu-satunya tempat tujuan berobat bagi Hamza adalah Puskesmas Ponelo yang terletak di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara .

Hamza terpaksa beberapa kali meminta Mantri Uyon melakukan pemeriksaan di perahu, karena dia kesulitan untuk berjalan menuju puskesmas.

“Saya juga tinggal di pulau ini, tapi saya datang berobat naik perahu karena tidak sanggup harus berjalan jauh," katanya.

Pria yang sudah memiliki enam cucu tersebut bercerita, kalau naik perahu tidak perlu turun dan berjalan. Dengan seperti itu, petugas kesehatan yang akan datang ke pasien.

​​​​​Pihak puskesmas juga pernah merujuknya ke rumah sakit yang berada di pulau seberang, yakni ibu kota kabupaten, karena harus menjalani operasi.

Walaupun harus keluar biaya transportasi antarpulau, warga berobat gratis karena memiliki kartu BPJS.


Panggilan Jiwa

Uyon Laloda (43), merupakan perawat profesional berstatus pegawai negeri sipil (PNS) sejak tahun 2010 di Puskesmas Ponelo. Ia merupakan alumni pendidikan D3 Keperawatan di Polikteknik Kesehatan Gorontalo pada tahun 2003-2006.

Pada Tahun 2019, Uyon melanjutkan pendidikannya di Universitas Negeri Gorontalo (UNG) dan berhasil meraih ijazah Profesi Ners pada tahun 2022.

Selama 15 tahun ia dijuluki mantri oleh warga setempat. Bagi warga desa, mantri adalah pengganti dokter.

Menjadi mantri di desa itu, merupakan panggilan jiwanya sejak lama. Terlebih pada masa-masa tertentu, warga desa-desa di Ponelo Kepulauan mengalami sakit yang tergolong kejadian luar biasa (KLB).

Kebetulan dia adalah penduduk asli Ponelo dan menyaksikan langsung beberapa kali KLB. Tahun 2003 sampai 2005 itu hampir setiap tahun terjadi KLB muntaber dan juga rabies. Bahkan, ada sepupunya yang meninggal karena rabies.

Sejak peristiwa itu, ia memutuskan untuk mengabdi di kampung halamannya, usai menamatkan pendidikan D3. Baginya, melayani masyarakat Ponelo tak hanya sekadar tugas sebagai PNS.

Di pulau itu, Mantri Uyon dikenal tidak pandang bulu dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Ia bersama rekan kerjanya tidak hanya melayani pasien di puskesmas, tetapi juga di perahu-perahu nelayan dan rumah-rumah warga yang berada di perbukitan.

Uyon memperoleh kesimpulan bahwa jumlah kunjungan di Puskesmas Ponelo relatif rendah, karena pihaknya lebih banyak turun melayani di luar gedung.

Ada pasien yang punya BPJS, tapi tidak bisa mengakses puskesmas karena rumahnya di bukit, maka petugas yang kemudian datang melayani mereka. Demikian juga untuk mereka yang minta dilayani di perahu.

Sementara bagi warga yang belum masuk BPJS, pihaknya tetap memberikan pelayanan serta berupaya agar yang bersangkutan terdata dan diusulkan sebagai peserta BPJS Kesehatan yang ditanggung pemerintah daerah.

Berdasarkan data BPS Ponelo Kepulauan Dalam Angka Tahun 2021, jumlah penduduk kecamatan ini sebanyak 4.110 jiwa, yang terdiri dari Desa Ponelo 1.172 jiwa, Desa Otiola 827 jiwa, Desa Tihengo 1.072 jiwa, dan Desa Malambe 1.039 jiwa.

Sementara data BPJS Kesehatan Gorontalo mencatat cakupan kepesertaan di Ponelo Kepulauan hingga Juli 2022 baru mencapai 2.747 peserta.

Kepala Bidang SDM, Umum, dan Komunikasi Publik BPJS Kesehatan Cabang Gorontalo Ivana F. Umboh mengatakan pihaknya memberi perhatian pada pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah terpencil, termasuk Ponelo Kepulauan.

Pihaknya juga mensosialisasikan mengenai manfaat, hak, dan kewajiban peserta JKN agar masyarakat memperoleh informasi yang lebih rinci.

“Selain mendorong mereka untuk terdaftar sebagai peserta BPJS, kami juga berbagi informasi mengenai Aplikasi Mobile JKN kepada warga yang sudah menjadi peserta,” kata Ivana.

Meski terletak di sebuah pulau, Ponelo sudah memiliki jaringan internet yang lancar sehingga warga bisa menggunakan aplikasi tersebut untuk memperoleh kemudahan pelayanan BPJS.

Melalui aplikasi tersebut, warga dapat melakukan perubahan data pribadi dan keluarga, serta screening riwayat kesehatan tanpa mendatangi pusat pelayanan kesehatan.

“Peserta JKN bisa tahu kondisi kesehatannya apakah baik-baik saja atau sudah mengarah ke hipertensi, diabetes, jantung, atau ginjal. Itu akan ketahuan dengan menjawab pertanyaan pada aplikasi,” ujarnya.

Mulai tahun 2022, peserta juga dapat menggunakan Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai identitas peserta JKN, sehingga masyarakat tidak harus menunjukkan kartu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Mantri Uyon Laloda, seorang perawat profesional di Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo sedang memeriksa seorang pasien di atas perahu. (ANTARA/Debby Mano)

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022